Abu Tsur Imam Mujtahid al-Hafidz,
Ibrahin bin Khalid al-Kalbiy al-Baghdadi, juga biasa dipanggil Abaa Abdullah,
Abu Tsur adalah Imam Al-Hafidz Hujjah bagi para Mujatahid, Mufti di Iraq, Ahli
Fiqih, disebutkan juga bahwa ia adalah, cendikiawan sains, dan imam yang rajn.
lahir di Hudud pada tahun 170 H dan meninggal
pada tahun 240 H Imam Abu Tsaur dibesarkan dalam lingkungan keagamaan dan
keilmiyahan, secak kecil ia telah menaruh perhatian pada sains. Sejak kecil
beliau banyak menghadiri majlis-majlis
ilmu untuk mempelajari agama, beliau juga menimba ilmu kepada sarjan-sarjana
modern, ahli hukum dan yang lainnya.
mula nya Abu Tsur bermadzhab hanafi, akan
tetapi ketika beliau bergaul dan bersahabat dengan Imam Syafi’I dan mengambil
ilmu dari beliau, serta mendengar kitab-kitab beliau secara langsung, ia
berubah menjadi orang yang paling condong kepada pendapat Imam Syafi’i. hal ini
terlihat pada kitab-kitab yang ia tulis, dan beliaupun meninggalkan
pendapat-pendapatnya sendiri. (Abu Tsur adalah salah satu sahabat Imam Syafi’I
di Baghdad).
Pada suatu waktu Abu Tsur ditanya :
manakah yang paling faqih, Asy-Syafi’I
atau Muhammad bin Hasan maka beliau menjawab, Asy-Syafi’I lebih alim daripada
Muhammad bin Yusuf, Abu Hanifah, Hammad (guru Abu Hanifah), Ibrahim (guru
Hammad), ‘Alqomah (guru Ibrahim) dan Al-Aswad (guru Al-Qamah), dan
Imam Abu Tsaur adalah Imam yang
berfikiran kuat, tangkas dalam berpendapat, beliau adalah seorang yang membuat
pengembangan, dan kemajuan di masanya,
diakrenakan kazhanah ilmu yang luas ia miliki maka beliau adalah hadiah bagi masanya.
Imam Bukhari adalah salah satu murid Abu Tsur, Imam Bukhari
belajar Hadits dan Fiqih kepada Abu Tsaur. Salah satu kitab Abu Tsaur adalah
فقه الامام ابي ثور :
ابراهيم بن خالد بن أبى اليمن البغدادى و ترجمه وافيه لحياته.
Abu Tsur tinggal di Baghdad
sedangkan kota Baghdad pada saat itu adalah kota lintas ilmu yang kaya akan
ilmu penegetahuan, Abu Tsaur adalah salah satu Imam yang sangat beruntung
langsung belajar dan mendengarkan ilmu yang penjelasannya langsung dari lisan
Imam Syafi’I, beliau juga menaruh perhatian besar pada buku qoulul qadim Imam
Syafi’i. Selain belajar dengan Imam Syafi’I beliau juga belajara kepada para
Masayikh di Baghdad yang. Beliau termasuk kibaru Shahabah Imam Syafi’i
disebutkan oleh Al-Asnawi dalam Thabaqat
Abu Tsaur menjabat mufti di Iraq jabatan
ini juga mempengaruhi penyebaran madzhab yang beliau anut.
Abu Tsur juga dikatakan memilki
madzhab sendiri seperti halnya Imam Ath-Thobari akan tetapi. Mazhab Thabari dan Abu Tsur tidak
bertahan lama persaingan yang begitu ketat hanya bertahan selama 400 tahun.
Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa Mazhab-mazhab itu memang tidak
melemah atau menghilang dengan sendirinya, tetapi setelah berupaya mengambil
simpatik dari para penganutnya melalui uji coba, verifikasi ilmiah dan
operasional dalam suatu ruang dan waktu yang panjang sekitar 600 tahun ternyata
hanya 4 Mazhab yang bertahan dan mendapat legitimasi dari masyarakat yaitu
Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali.
Abu Tsaur hidup pada masa Abbasiyah
yang didalamnya sangat gencar penyebaran dan pertumbuhan ilmu pada manusia, kehidupan
politik pada saat itu: ada dua perkembangan pada masa Abbasiyah yang pertama
meluasnya wilayah yang dikuasai Abbasiyah menjadi pertanda bawa kuat dan makmur
nya dinasti Abbasiyah yang kedua semakin meluasnya kekuasaan sehingga kehidupan
masyarakat lebih dinamis, di tandai dengan banyaknya pemikiran-pemikiran baru,
dan munculnya fragmentasi persatuan dari setiap ideologi yang berbeda sehingga
menjadikan munculnya wilayah-wilayah yang mempunyai gagasan untuk menjadi Negara
sendiri seperti keadaan kelompok Umawwiyah di Andalusia, Aghlabids di Tunisia,
dan Fathimiyah di Mesir, dan Khorasan emirat.
Kehidupan sosial pada masa itu: kehidupan
sosial pada waktu itu dicirikan oleh keragaman pada ras, kepercayaan, di
Abbasiyah agama islam menjadi agama mayoritas, didominasi oleh orang Arab,
Persia, Turki, Barbar. Kota Baghdad termasuk
pusat peradaban Islam maka banyak
para penentut ilmu ingin merasakan nikmatnya mencari ilmu di Baghdad sebab itu
terjadi urbanisasi oleh banyak kalangan. Baghdad disebut kota istana karena
kemajuannya membawa peradaban dunia ketingkat keintlektualan baik dari segi
pendidikan, politik, dan hukum.
kemajuan ini juga mempengaruhi pola
hidup masyarakat seperti berkembangnya model pakaian, pemimpin Negara mempunyai
pakaian khusus tersendiri, para ulama juga mempunyai ciri khusus dalam
pakainnya, selain itu juga banyaknya didirikan rumah sakit lengkap dengan
peralatan dan keuatan medis yang lumayan, bahkan jumlah kamar mandi saat itu
ditingkatkan disebelah timur Baghdad terdapat 5000 pemandian, berbagai jenis kemewahan, makanan maupun tempat wisata banyak
dimana-mana. Tentu hal ini dibarengi dengan menyebarnya ilmu pengetahuan,
sehingga para ulama saat itu dituntut untuk semangkin giat dalam memahami ilmu
agama terutama fiqih dikarenakan kompleksnya
permasalahan di tengah-tengah masyarakat Islam sehingga para ulama dihadapi
oleh permasalahan yang belum ada pada sebelumnya.
Kehidupan yang semakin kompleks
adalah tantangan bagi para ulama dalam bagaimana cara mereka mensikapi
perubahan itu sendiri, dan menjaga agar masyarakat tetap berada dalam ruang
syari’at.
Pada saat itu penyebaran ilmu filsafat dan
terjemahan nya juga sangat gencar, begitu juga terjemahan pada beberapa ilmu pengetahuan,
perdebatan ilmiah pun marak diadakan untuk menambah wawasan khazanah keilmuan,
maka untuk para ulama pada zaman itu hal ini adalah sebuah tantangan
tersendiri, tantangan untuk mengambil faedah dari ilmu yang baru dan meninggalkan
pemikiran-pemikiran yang berlawanan dalam islam. Maka dengan keadaan yang
sedemikian ruma Imam Abu Tsaur adalah salah satu Imam yang mampu melawan arus
dan membentuknya sebagaimana bentuk yang diridhai didalam Islam.
Maka dari persoalan sosial, politik
yang Abu Tsaur alami juga mempunyai andil besar dalam membentuk pemikirannya,
yang menghantarkannya menjadi ulama faqqih dan mempunyai peran dalam kemajuan
fiqih pada zamannya.
sifat Abu Tsaur, telah terbukti
dengan pernyataan para ulama akan baiknya kualitas diri Abu Tsaur dari segi
keagamaan, akhlaq, maupun pendidikan. Abu Tsaur memiliki akhlaq yang sangat
karimah, didalamnya dirinya terdapat kebijaksanaan yang indah sehingga manusia
merasa nyaman akan sikapnya, jujur menjadi prinsipnya, sehingga banyak kebaikan
yang dirasakan dalam kepribadian Abu
Tsaur. Para ulama telah sepakat akan kejerinhan ilmu nya, keikhlasannya dalam
memperjuangkan Islam, dan kecerdasannya.
seperti yang dikatakan oleh Imam
An-Nawawi : “dia adalah seorang Imam yang ahli hukum dan shalih, yang
memperjuangkan hadits Rasulullah dari tangan-tangan yang ingin merusak
kejernihannya dikarenakan wilayah tempat tinggalnya telah terjangkit doktrin
Syi’ah, mu’tazilah, dan doktrin atheis kalmanueh dan Almzdikh.
Keilmuan yang didapati oelh Imam Abu
Tsaur sehingga ia bisa menangkal kebathilan dengan ilmu yang ia milki dan
perannya dalam mengawal umat agar tidak terdoktrin oleh pemikiran-pemikiran
sesat, serta mengahadapi pertanyaan seputar fiqih yang kompleks tidak terlepad
dari kegigihannya dalam menuntut ilmu, kesabaran dan keikhlasan yang beliau
meliki sehingga ilmu nya bermanfaat bagi umat Islam secara umumnya. Maka
sedikit banyak yang kita ketahi dari Imam Abu Tsaur yang bermadzhab Syafi’I ini
hendaknya kita mencontoh kegigihan, kekihlasan, dan kessbaran beliau, sehingga
kita bisa tampil dikancah perjuangan dalam membela islam dengan ilmu dan
keimanan yang kita miliki.
wawllahu a’lam bish-shawwab.
Referensi
http://www.asharqalarabi.org.uk/sabil/f-alislam-8.htm
Tadzkirotul hufazh,
http://www.alanba.com.kw/weekly/kuwait-news/islamic-faith/100836/19-03-2010من-اعلام-الافتاء-الامام-ابو-ثور
https://pencarijalanulama.wordpress.com/2011/12/15/perkembangan-fiqih-iv-masa-tabit-tabiin-dan-imam-mazhab/
http://zamzamisaleh.blogspot.co.id/2011/08/nama-nama-mujtahid-mazhab-dalam-mazhab_163.html
http://noternative.blogspot.co.id/2014/04/ulama-yang-berpindah-ke-madzhab-syafi.html
https://livaregina.wordpress.com/2014/10/04/muncul-nya-madzhab-fiqh/
http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?ID=2147&bk_no=60&flag=1
https://ar.wikipedia.org/wiki/أبوثورالكلبي
التاريخ الصغير» للبخاري (٢/ ٣٤١)، «الجرح والتعديل» لابن أبي حاتم
(٢/ ٩٧)، «الفهرست» للنديم (٢٦٥)، «تاريخ بغداد» للخطيب البغدادي (٦/ ٦٥)،
«وفيات الأعيان» لابن
خلكان (١/ ٢٦)، «اللباب» (٣/ ١٠٤)، «الكامل» (٧/ ٧٥) كلاهما لابن الأثير، «سير
أعلام النبلاء» (١٢/ ٧٢)
oleh : Fadilah Aini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar