NEW

mengenal aimmah 4 madzhab dan usul madzhabnya

تعريف باللأئمة اللأربعة و أصول مذاهبهم      v             اللإمام أبو حنيفة ·          هو النعمان بن ثابت بن زوطى – من أصل الفار...

Rabu, 04 Juli 2018

HASAN AL-BASHRI

A.   Biografi Hasan al-Bashri
Nama asli Hasan al-Bashri ialah Abu Said Hasan bin Abi Hasan Yasar al-Bashri maula Zaid bin Stabit al-Anshori, beliau dilahirkan 2 tahun sebelum berakhirnya masa kekhilafahan Umar bin  Khottob, yakni tahun ke 21 H/642 M, di Madinah al-Munawaroh.
Beliau dilahirkan dari rahim seorang wanita yang bernama Khoiroh, ia seorang budak milik Ummu Salamah Istri Rasulullah   dan sekaligus menjadi ibu susuannya Hasan, karena kesibukan Khoiroh yang dipekerjakan oleh tuannya,sehingga ketika Hasan menangis Ummu Salamah mendiamkannya dengan menyusuinya. Nama al-Hasan merupakanpemberian dari ummahatul mukminin, Ummu Salamah.  Hasan pun dididik dalam naungan Ummu Salamah di rumah Nabi  dan dengannya menjadikan  Hasan kepada seorang yang berilmu dan ini merupakan keberkahan dari susuannya Ummu Salamah. Pada masa itu, khoiroh sempat mengantarkan Hasan yang masih bayi kepada sahabat Kholifah Umar dan Umar pun mendoakan keberkahan untuk Hasan, dengan untaian doa ((اللهم فقهه في الدين وحببه إلى الناس)).
Ayah Hasan bernama Yasar, ia seorang budak milik Zaid bin Tsabit yang berasal dari tawanan Maesan, dan ketika ia telah merdeka, ia menikah dengan Khoiroh dan bertempat tinggal di Madinah bertepatan pada masa khilafah Umar bin Khottob.
B.    Pertumbuhan Hasan al-Bashri
Hasan al-Bashri tumbuh di daerah Hijaz kalangan para sahabat Rasulullah , beliau hidup pada masa para sahabat yang merupakan pendidik akhlak, kehidupan, ilmu yang beliau kuasai, dan banyak meriwayatkan hadist dari para sahabat Rasulullah  yang hidup dalam masanya.
Ketika Hasan mendekati usia baligh  ia sering masuk ke rumah ummahatul mukminin karena ada hubungan yang sangat baik dan ikatan yang sangat kuat diantara mereka. Sehingga al-Hasan banyak belajar ilmu dari ummahatul mukminin, begitu juga pada para sahabat Rasul . Hasan mengambil ilmu dari mereka dan meriwayatkan banyak hadits dari Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Jabir bin Abdillah, dan Anas bin Malik, pelayan Rasulullah .
Pada masa Ustman bin Affan beliau pernah sholat jum’at bersama kholifah dan mendengar langsung khutbah sang khotib, sekaligus menjumpai hari ketika terjadi pergolakan dikalangan  kaum muslimin pada masa Utsman bin Affan dan termasuk salah seorang yang menjumpai terbunuhnya kholifah Ustman sedang beliau berada dirumahnya yang bertugas untuk menjaga kholifah Utsman dalam masa pengepungan. Saat itu Hasan al-Bashri telah berumur 14 tahun.
Pada mulanya keluarga Hasan al-Bashri tinggal di Wadi Qura, sebuah daerah diwilayah Madinah. Akan tetapi ketika Hasan masih usia belia,  ayahnya pindah ke Bashrah saat itu  Ummu Salamah meninggal dunia. Maka pada tahun 37 H, Khoiroh beserta anaknya Hasan melakukan perjalanan ke Bashrah untuk tinggal bersama Yasar, sang ayah Hasan.
Bashrah kala itu adalah salah satu kota besar di Irak dan pusat peradaban Islam pada masa klasik, terletak di dekat Syatt al-A’rab, yakni sebuah sungai yang  terbentuk dari pertemuan antara sungai Tigris dan Sungai Eufrat, sekitar 75 mil (120 km) dari Teluk Persia dan 280 mil (450 km) ditenggara Baghdad. Kota ini berdiri semenjak masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Kota ini pula banyak disinggahi oleh para ulama, baik generasi sahabat  maupun tabi’in. Sehingga Hasan mampu lebih banyak menimba ilmu serta bermulazamah dengan para ulama’.
Di kota Bashrah, Hasan lebih banyak tinggal dimasjid, mengikuti halaqahnya para ulama, terutama halaqah Ibnu Abbas. Sehingga iatumbuh menjadi  seorang ulama’ yang terkemuka, yang menguasai berbagai macam disiplin ilmu diantaranya ilmu periwayatan, hadits, ilmu tafsir al-Qur’an, ilmu fiqih, bahasa, dan berbagai ilmu lainnya. Karena itulah namanya dinisbatkan pada kota ini yakni al-Bashri. Beliau mempelajari al-Qur’an melalui seorang syeikh yang dikenal dengan nama Hiththan bin Abdillah ar-Raqqasyi, sehingga ia mampu membaca secara sempurna dan mengajarkan kepada para muridnya.
keluasan dan kedalaman ilmu Hasan al-Bashri, menjadi penyebab utama banyak yang mendatangi beliau lantaran ingin belajar langsung. Nasehat beliau mampu menggugah hati seseorang, bahkan membuat para pendengarnya mencucurkan air mata. Demikianlah  nama Hasan al-Bashri makin harum dan terkenal, menyebar ke seluruh negri dan sampai ke telinga penguasa.
C.  Perangai dan Sifat Hasan al-Bashri
Hasan adalah seorang tabi’in yang berilmu luas, memiliki pemahaman agama secara mendalam, memiliki hujjah yang kuat, terpercaya periwayatannya, ahli ibadah yang zuhud terhadap dunia, memiliki banyak ilmu, fasih dalam berbicara, berparas tampan, pemberani, sangat takut terhadap kemaksiatan yang dilakukannya, sangat rajin melaksanakan puasa dan qiyamullail, sangat sering menangis karena takut kepada Allah  dan berakhlak baik.
“Hasan al-Bashri merupakan manusia yang perkataannya mirip dengan perkataan para nabi, yang paling dekat dengan mereka, sangat fasih lisannya, dan kebijaksanaan mengalir keluar darinya(yaitu dari mulutnya)” begitulah Imam al-Ghozali menggambarkan sosok Hasan al-Bashri.Sebagaimana Anas bin Malik pernah memberi kesaksian terhadap ilmunya, ketika orang-orang datang menemuinyauntuk bertanya, diapun menjawab dengan mengatakan “ tanyakanlah kepada al-Hasan, karena dia masih menghafal sedangkan kami sudah mulai lupa”.
Diceritakan dari Hafshoh binti Umar, ia berkata” Hasan sedang menangis, lalu aku bertanya: apa yang menyebabkan kamu menangis?, lalu ia menjawab: aku takut dilempar kedalam api neraka, sedangkan aku tak kuat menahan panasnya api neraka.”
Ketika seorang panglima pasukan Bani Umayyah sekaligus penakluk Konstantinopel, yaitu Maslamah bin Abdul Malik bertanya kepada Khalid bin Shafwan tentang Hasan al-Bashri ia menjawab, “Dia adalah seorang yang keadaan rahasianya seperti keadaan lahirnya dan ucapanya sama seperti perbuatanya. Jika menyuruh kepada suatu kebajikan maka dia adalah orang pertama yang melakukanya. Jika melarang kemungkaran maka dia adalah orang pertama yang meninggalkannya. Sungguh, aku melihatnya sebagai orang yang menjaga diri dari pemberian orang lain, zuhud apa yang dimiliki orang lain. Sementara itu aku melihat orang-orang membutuhkannya dan meminta apa yang dia miliki.” Lalu Maslamah menjawab, cukup, wahai khalid. Cukup! Bagaimana mungkin suatu kaum akan tersesat kalau diantara mereka ada orang seperti!”
D.   Peran Hasan al-Bashri Terhadap Islam dan Karya Beliau
Hasan al-Bashri lahir pada tahun 21 H, dan wafat tahun 110 H, Beliau melewati berbagai masa kekuasaan, dimulai dari masa Khulafaur Rasyidin yakni kekhilafahan Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, kemudian dilanjut masa dinasti Bani Umayyah. Dalam perjalanan hidup beliau ketika menjadi ulama’ dan mufti di Bashrah, kerap kali ia mengirim surat untuk para penguasa yang ada pada masanya, dalam rangka menasehati, memberi peringatan serta mengingatkan akan hakekat dunia dalam kekuasaan.
Beliau tergolong ulama yang ahli dalam bidang fiqih, hadits, al-Qur’an, serta ahli dalam ilmu tasawuf. Dengan luasnya serta kemahiran beliau dalam  bidang ilmu, Hasan al-Bashri membuka  halaqah di masjid, berbagai pembahasan ia suguhkan di antaranya ilmu  hadits, fikih, bahasa, ilmu periwayatan, ilmu tafsir, al-Qur’an, dan berbagai ilmu lainnya. Namun dimajlis khusus yang digelar dirumahnya, beliau hanya menyampaikan seruan untuk bersikap zuhud, ibadah ilmu-ilmu tentang batin, dan tasawuf. Ilmu bayan dan kefasihan adalah tutur katanya sehingga beliau dapat memberikan penjelasan dengan sangat baik, benar perkataannya, dan terpercaya periwayatannya.
Dalam berbagai kitab seringkali kita jumpai perkataan mulia beliau, maupun pendapat-pendapat beliau. Meskipun begitu, para ulama berbeda pendapat mengenai karya beliau dalam bentuk kitab atau tulisan. Ada yang berpendapat bahwa imam Hasan al-Bashri tidak pernah menulis buku, ada pula yang mengatakan bahwa beliau berkarya dalam tulisan diantaranya ialah: al-‘Adad atau ‘Adad Ayi al-Qur’an al-Karim (Jumlah Ayat-Ayat Al-Qur’an), al-Ihklas (keikhlasan), Fada’il Makkah wa as-Sakan fih (Keutamaan Mekah dan Ketenangan di Dalamnya), risalah Faraid ad-Din (Kewajiban-kewajiban terhadap Agama)  Syurut al-Imamah (Syarat-syarat bagi Pemimpin), Wasiyyah an-Nabi li Abi Hurairah (Wasiat Nabi Muhammad SAW kepada Abu Hurairah), dan al-Istigfarat al-Munqizat min an-Nar (Berbeda Istigfar yang dapat menyelamatkan dari Neraka).
E.     Guru-guru dan Murid Hasan al-Bashri
Diantara ulama’ yang menjadi guru beliau ialah:
1.     Ubay bin Ka’ab
2.     Ahnaf bin Qois
3.     Usamah bin Zaid
4.     Anas bin Malik
5.     Jabir bin Abdullah
6.     Zubair bin Awam
7.     Sa’ad bin Ubadah
8.     Abdullah bin Umar bin Khattab
9.     Abdullah bin Amru Bin Ash
10.            Utsman bin Affan
11.            Ali bin Abi Thalib
12.            Uqail bin Abi Thalib
13.            Nu’man bin Basyir
14.            Mu’qil bin Yasar
Dan masih banyak lagi para sahabat Rasul maupun generasi tabi’in yang telah menjadi guru beliau.
Adapun murid-murid beliau diantaranya ialah
1.  Wasil bin Atha’
2.  Amr bin Ubaid
3.  Ma’bad al-Jahani
4.  Gailan ad-Dimasyqi
5.  Qatadah bin Dia’amah
6.  Hamid at-Ta’wil
7.  Bakr bin Abdullah al-Muzanni
8.  Malik bin Dinar
9.  Maslamah bin Abdul Malik
10.         Abu Ubaidah an-Naji
F.    Wafatnya Hasan al-Bashri
Hasan al-Bashri wafat pada hari kamis, 1 Rajab 110 H, dan beliau hidup selama 88 tahun, dimakamkan di Bashrah. Beliau wafat dengan meninggalkan berbagai manfaat yang sangat agung untuk umat islam, serta beliau telah menjadi suri tauladan yang baik dalam menjalani kehidupan dunia ini dengan segala sifat mulia beliau, baik dalam tindakan maupun ajaran beliau, yang senantiasa tersejarah hingga saat ini.wallahu a’lam bis showab.



Daftar Pustaka
1.     Muhammad Yusuf bin Muhammad Ilyas bin Muhammad Ismail, Hayatus Shohabah, (Muasasah Risalah, Maktabah Syamilah, cet.1 thn.1999 M, juz 2 hal.Riwayatul Hasan al-Bashri)
2.     al-Hasyimi Syeikh Abdul Mun’im, Kisah Para Tabi’in, (Ummul Qura, cet.1 2015 M, hal.Para Tokoh yang Zuhud, al-hasan al-Bashri.)
3.     Ibnu Utsman Syamsyuddin Abu Ubaidah Muhammad Siyaru A’lam Nubala’, (Muasasah Risalah, Maktabah Syamilah cet.3 thn.1985 M, juz.4 hal. al-Hasan al-Bashri Abu Said)
4.     Ibnu Ibrahim Abu al-Abas Syamsyuddin Ahmad bin Muhammad, Wafayat al-A’yan wa Anba Abna’i Zaman, (Daaru Shodir, Maktabah Syamilah, juz.2 thn.1900, hal. al-Hasan al-Bashri).
5.     http://www.tetaplahberbinar.com/2011/11/hasan-al-basri-rijal-dakwah.html (diakses pada tanggal, 30-04-2018)
6.     https://ar.wikipedia.org/wiki/الحسن_البصري (diakses pada tanggal, 30-04-2018)

oleh: Hani Nuur Afifah
Editor : Liya Ermawati











Tidak ada komentar:

Posting Komentar