A.
Biografi Hasan
al-Bashri
Nama asli Hasan
al-Bashri ialah Abu Said Hasan bin Abi Hasan Yasar al-Bashri maula Zaid bin
Stabit al-Anshori, beliau
dilahirkan 2 tahun sebelum berakhirnya masa kekhilafahan Umar bin
Khottob, yakni tahun ke 21 H/642 M, di Madinah al-Munawaroh.
Beliau dilahirkan dari rahim seorang wanita yang bernama
Khoiroh, ia seorang budak milik Ummu Salamah Istri Rasulullah ﷺ dan sekaligus menjadi ibu susuannya Hasan, karena
kesibukan Khoiroh yang dipekerjakan oleh tuannya,sehingga ketika Hasan menangis
Ummu Salamah mendiamkannya dengan menyusuinya. Nama al-Hasan merupakanpemberian
dari ummahatul mukminin, Ummu Salamah. Hasan pun dididik dalam naungan
Ummu Salamah di rumah Nabi ﷺ dan dengannya menjadikan Hasan kepada seorang yang
berilmu dan ini merupakan keberkahan dari susuannya Ummu Salamah. Pada masa
itu, khoiroh sempat mengantarkan Hasan yang masih bayi kepada sahabat Kholifah
Umar dan Umar pun mendoakan keberkahan untuk Hasan, dengan untaian doa ((اللهم
فقهه في الدين وحببه إلى الناس)).
Ayah Hasan bernama Yasar, ia seorang budak milik Zaid bin
Tsabit yang berasal dari tawanan Maesan,
dan ketika ia telah merdeka, ia menikah dengan Khoiroh dan bertempat tinggal di
Madinah bertepatan pada masa khilafah Umar bin Khottob.
B. Pertumbuhan Hasan al-Bashri
Hasan al-Bashri tumbuh di daerah Hijaz kalangan para
sahabat Rasulullah ﷺ, beliau hidup pada masa para
sahabat yang merupakan pendidik akhlak, kehidupan, ilmu yang beliau kuasai, dan
banyak meriwayatkan hadist dari para sahabat Rasulullah ﷺ yang hidup dalam masanya.
Ketika Hasan mendekati usia baligh ia sering masuk
ke rumah ummahatul mukminin karena ada hubungan
yang sangat baik dan ikatan yang sangat kuat diantara mereka. Sehingga al-Hasan
banyak belajar ilmu dari ummahatul mukminin, begitu juga pada para sahabat
Rasul ﷺ. Hasan mengambil ilmu dari mereka dan meriwayatkan
banyak hadits dari Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Umar,
Abdullah bin Abbas, Jabir bin Abdillah, dan Anas bin Malik, pelayan Rasulullah ﷺ.
Pada masa Ustman bin Affan beliau pernah sholat jum’at
bersama kholifah dan mendengar langsung khutbah sang khotib, sekaligus menjumpai hari ketika
terjadi pergolakan dikalangan kaum muslimin pada masa Utsman bin Affan
dan termasuk salah seorang yang menjumpai terbunuhnya kholifah Ustman sedang
beliau berada dirumahnya yang bertugas untuk menjaga kholifah Utsman dalam masa
pengepungan. Saat itu Hasan al-Bashri telah berumur 14 tahun.
Pada mulanya keluarga Hasan al-Bashri tinggal di Wadi
Qura, sebuah daerah diwilayah Madinah.
Akan tetapi ketika Hasan masih usia belia, ayahnya pindah ke Bashrah saat
itu Ummu Salamah meninggal dunia. Maka pada tahun 37 H, Khoiroh beserta
anaknya Hasan melakukan perjalanan ke Bashrah untuk tinggal bersama Yasar, sang
ayah Hasan.
Bashrah kala itu adalah salah satu kota besar di Irak dan
pusat peradaban Islam pada masa klasik, terletak di dekat Syatt al-A’rab, yakni
sebuah sungai yang terbentuk dari pertemuan antara sungai Tigris dan
Sungai Eufrat, sekitar 75 mil (120 km) dari Teluk Persia dan 280 mil (450 km)
ditenggara Baghdad. Kota ini berdiri semenjak masa kekhalifahan Umar bin
Khattab. Kota ini pula banyak disinggahi oleh para ulama, baik generasi sahabat
maupun tabi’in. Sehingga Hasan mampu lebih banyak menimba ilmu serta
bermulazamah dengan para ulama’.
Di kota Bashrah, Hasan lebih banyak tinggal dimasjid,
mengikuti halaqahnya para ulama, terutama halaqah Ibnu Abbas. Sehingga iatumbuh
menjadi seorang ulama’ yang
terkemuka, yang menguasai berbagai macam disiplin ilmu diantaranya ilmu
periwayatan, hadits, ilmu tafsir al-Qur’an, ilmu fiqih, bahasa, dan berbagai
ilmu lainnya. Karena itulah namanya dinisbatkan pada kota ini yakni al-Bashri.
Beliau mempelajari al-Qur’an melalui seorang syeikh yang dikenal dengan nama
Hiththan bin Abdillah ar-Raqqasyi, sehingga ia mampu membaca secara sempurna
dan mengajarkan kepada para muridnya.
keluasan dan
kedalaman ilmu Hasan al-Bashri, menjadi penyebab utama banyak yang mendatangi
beliau lantaran ingin belajar langsung. Nasehat beliau mampu menggugah hati
seseorang, bahkan membuat para pendengarnya mencucurkan air mata. Demikianlah
nama Hasan al-Bashri makin harum dan terkenal, menyebar ke seluruh negri
dan sampai ke telinga penguasa.
C. Perangai dan Sifat Hasan al-Bashri
Hasan adalah seorang tabi’in yang berilmu luas, memiliki
pemahaman agama secara mendalam, memiliki hujjah yang kuat, terpercaya
periwayatannya, ahli ibadah yang zuhud terhadap dunia, memiliki banyak ilmu,
fasih dalam berbicara, berparas tampan, pemberani, sangat takut terhadap
kemaksiatan yang dilakukannya, sangat rajin melaksanakan puasa dan qiyamullail,
sangat sering menangis karena takut kepada Allah ﷻ dan berakhlak baik.
“Hasan al-Bashri merupakan manusia yang perkataannya
mirip dengan perkataan para nabi, yang paling dekat dengan mereka, sangat fasih
lisannya, dan kebijaksanaan mengalir keluar darinya(yaitu dari mulutnya)”
begitulah Imam al-Ghozali menggambarkan sosok Hasan al-Bashri.Sebagaimana Anas
bin Malik pernah memberi kesaksian terhadap ilmunya, ketika orang-orang datang
menemuinyauntuk bertanya, diapun menjawab dengan mengatakan “ tanyakanlah
kepada al-Hasan, karena dia masih menghafal sedangkan kami sudah mulai lupa”.
Diceritakan dari Hafshoh binti Umar, ia berkata” Hasan
sedang menangis, lalu aku bertanya: apa yang menyebabkan kamu menangis?, lalu
ia menjawab: aku takut dilempar kedalam api neraka, sedangkan aku tak kuat
menahan panasnya api neraka.”
Ketika seorang panglima pasukan Bani Umayyah sekaligus
penakluk Konstantinopel, yaitu Maslamah bin Abdul Malik bertanya kepada Khalid
bin Shafwan tentang Hasan al-Bashri ia menjawab, “Dia adalah seorang yang
keadaan rahasianya seperti keadaan lahirnya dan ucapanya sama seperti
perbuatanya. Jika menyuruh kepada suatu kebajikan maka dia adalah orang pertama
yang melakukanya. Jika melarang kemungkaran maka dia adalah orang pertama yang
meninggalkannya. Sungguh, aku melihatnya sebagai orang yang menjaga diri dari
pemberian orang lain, zuhud apa yang dimiliki orang lain. Sementara itu aku
melihat orang-orang membutuhkannya dan meminta apa yang dia miliki.” Lalu Maslamah menjawab, “cukup, wahai khalid. Cukup! Bagaimana mungkin suatu kaum akan tersesat
kalau diantara mereka ada orang seperti!”
D. Peran Hasan al-Bashri Terhadap Islam dan Karya Beliau
Hasan al-Bashri lahir pada tahun 21 H, dan wafat tahun
110 H, Beliau melewati berbagai masa kekuasaan, dimulai dari masa Khulafaur
Rasyidin yakni kekhilafahan Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi
Thalib, kemudian dilanjut masa dinasti Bani Umayyah. Dalam perjalanan hidup
beliau ketika menjadi ulama’ dan mufti di Bashrah, kerap kali ia mengirim surat
untuk para penguasa yang ada pada masanya, dalam rangka menasehati, memberi
peringatan serta mengingatkan akan hakekat dunia dalam kekuasaan.
Beliau tergolong
ulama yang ahli dalam bidang fiqih, hadits, al-Qur’an, serta ahli dalam ilmu
tasawuf. Dengan luasnya serta kemahiran beliau dalam bidang ilmu, Hasan
al-Bashri membuka halaqah di masjid, berbagai pembahasan ia suguhkan di antaranya
ilmu hadits, fikih, bahasa,
ilmu periwayatan, ilmu tafsir, al-Qur’an, dan berbagai ilmu lainnya. Namun dimajlis khusus yang digelar dirumahnya, beliau hanya menyampaikan
seruan untuk bersikap zuhud, ibadah ilmu-ilmu tentang batin, dan tasawuf. Ilmu
bayan dan kefasihan adalah tutur katanya sehingga beliau dapat memberikan
penjelasan dengan sangat baik, benar perkataannya, dan terpercaya
periwayatannya.
Dalam berbagai
kitab seringkali kita jumpai perkataan mulia beliau, maupun pendapat-pendapat
beliau. Meskipun begitu, para ulama berbeda pendapat mengenai karya beliau
dalam bentuk kitab atau tulisan. Ada yang berpendapat bahwa imam Hasan
al-Bashri tidak pernah menulis buku, ada pula yang mengatakan bahwa beliau
berkarya dalam tulisan diantaranya ialah: al-‘Adad atau ‘Adad Ayi al-Qur’an
al-Karim (Jumlah Ayat-Ayat
Al-Qur’an), al-Ihklas (keikhlasan), Fada’il Makkah wa as-Sakan
fih (Keutamaan Mekah dan Ketenangan di Dalamnya), risalah Faraid
ad-Din (Kewajiban-kewajiban terhadap Agama) Syurut
al-Imamah (Syarat-syarat bagi Pemimpin), Wasiyyah an-Nabi li Abi
Hurairah (Wasiat Nabi Muhammad SAW kepada Abu Hurairah),
dan al-Istigfarat al-Munqizat min an-Nar (Berbeda Istigfar yang dapat
menyelamatkan dari Neraka).
E.
Guru-guru dan Murid
Hasan al-Bashri
Diantara ulama’
yang menjadi guru beliau ialah:
1. Ubay bin Ka’ab
2. Ahnaf bin Qois
3. Usamah bin Zaid
4. Anas bin Malik
5. Jabir bin Abdullah
6. Zubair bin Awam
7. Sa’ad bin Ubadah
8. Abdullah bin Umar bin Khattab
9. Abdullah bin Amru Bin Ash
10.
Utsman bin Affan
11.
Ali bin Abi Thalib
12.
Uqail bin Abi Thalib
13.
Nu’man bin Basyir
14.
Mu’qil bin Yasar
Dan masih banyak
lagi para sahabat Rasul maupun generasi tabi’in yang telah menjadi guru beliau.
Adapun
murid-murid beliau diantaranya ialah
1. Wasil bin Atha’
2. Amr bin Ubaid
3. Ma’bad al-Jahani
4. Gailan ad-Dimasyqi
5. Qatadah bin Dia’amah
6. Hamid at-Ta’wil
7. Bakr bin Abdullah al-Muzanni
8. Malik bin Dinar
9. Maslamah bin Abdul Malik
10.
Abu Ubaidah an-Naji
F.
Wafatnya Hasan al-Bashri
Hasan al-Bashri
wafat pada hari kamis, 1 Rajab 110 H, dan beliau hidup selama 88 tahun,
dimakamkan di Bashrah. Beliau wafat dengan meninggalkan berbagai manfaat yang
sangat agung untuk umat islam, serta beliau telah menjadi suri tauladan yang
baik dalam menjalani kehidupan dunia ini dengan segala sifat mulia beliau, baik
dalam tindakan maupun ajaran beliau, yang senantiasa tersejarah hingga saat
ini.wallahu a’lam bis showab.
Daftar Pustaka
1.
Muhammad Yusuf bin Muhammad Ilyas bin Muhammad Ismail, Hayatus Shohabah, (Muasasah Risalah, Maktabah Syamilah, cet.1
thn.1999 M, juz 2 hal.Riwayatul Hasan al-Bashri)
2.
al-Hasyimi Syeikh Abdul Mun’im, Kisah Para Tabi’in,
(Ummul Qura, cet.1 2015 M, hal.Para Tokoh yang Zuhud, al-hasan al-Bashri.)
3. Ibnu Utsman Syamsyuddin Abu Ubaidah Muhammad Siyaru
A’lam Nubala’, (Muasasah
Risalah, Maktabah Syamilah cet.3 thn.1985 M, juz.4 hal. al-Hasan al-Bashri Abu
Said)
4. Ibnu Ibrahim Abu al-Abas Syamsyuddin Ahmad bin
Muhammad, Wafayat
al-A’yan wa Anba Abna’i Zaman, (Daaru
Shodir, Maktabah Syamilah, juz.2 thn.1900, hal. al-Hasan al-Bashri).
5. http://www.tetaplahberbinar.com/2011/11/hasan-al-basri-rijal-dakwah.html (diakses pada tanggal, 30-04-2018)
oleh: Hani Nuur Afifah
Editor
: Liya Ermawati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar