NEW

mengenal aimmah 4 madzhab dan usul madzhabnya

تعريف باللأئمة اللأربعة و أصول مذاهبهم      v             اللإمام أبو حنيفة ·          هو النعمان بن ثابت بن زوطى – من أصل الفار...

Sabtu, 26 Mei 2018

AL AUZA'I , DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERKEMBANGAN FIQIH

I. Pendahuluan .
            Islam merupakan agama yang Allah turunkan sebagai petunjuk sekaligus pengatur segala aspek kehidupan manusia . Baik kaitannya dengan Robbnya dalam bentuk Aqidah dan Ibadah maupun dengan sesama manusia dalam bentuk fiqih yang keduanya dilapisi oleh indahnya adab etika maupun akhlaq yang membalut setiap sisinya .
            Dalam hal fiqih sendiri tampak jelas bukti indahnya ajaran Islam , yaitu dengan adanya berbagai macam madzhab yang menjadi rujukan kaum muslimin . Empat diantaranya telah ulama' sepakati keabsahannya , sebagai rincian madzhab Hanafiyyah dengan Imam Abu Hanifah sebagai pionirnya , lalu madzhab Malikiyyah dengan Imam Maliknya, madzhab Syafi'iyyah dengan Imam Syafi'inya serta madzhab Hanbali/ Hanabilah dengan Imam Ahmadnya.
            Selain empat madzhab di atas ditambahkan juga dua madzhab yang menjadi pembanding antara madzhab tersebut disebabkan adanya perbedaan pada ushul madzhabnya. Diantaranya ialah madzhab Dhohiriyah yang digagas oleh Imam Dawud Adh Dhohiri[1] dan  madzhab Syi'ah Zaidiyyah yang dinisbatkan penamaannya pada Imam mereka Zaid bin Ali (Zaynal Abidin).[2]
            Selain enam madzhab yang telah penulis sebutkan , masih ada madzhab lain yang dianut umat Islam seperti madzhab Imam Hasan Al Bashri yang tersebar di Bashrah juga madzhab Imam Al Auza'i yang tersebar di Syam dan Andalusia (selain ahli fiqih AlAuza'I juga seorang ahli hadits)[3] . Selanjutnya dalam makalah ini penulis akan memaparkan bahasannya berkenaan dengan Imam Al Auza'i sebagaimana berikut



            II. Pembahasan.
                        A. Al Auza'i (88 [dalam riwayat lain 93][4] – 157 H)[5]
                        Al Auza'i adalah seorang imam ahli fiqih yang hidup pada masa tabi'ut tabi'in[6] .  Beliau bernama lengkap Abdurrahman bin Muhammad (lebih terkenal dengan nama Abdurrahman bin Amr...)Asy Syami Al Auza'i  [7]  . Beliau lahir di Al Auza' yaitu sebuah desa di dekat pintu faradis di Damasqus (dalam riwayat lain disebutkan beliau lahir di Baklabak[8]) pada tahun 88 H   [9] atau delapan tahun setelah lahirnya Imam Abu Hanifah. Ayahnya meninggal sejak beliau masih kecil seperti yang diceritakan oleh Abbas bin Al walid:
            " Aku tidak melihat ayahku takjub kepada salah seorang di dunia melebihi ketakjubannya terhadap Al Auza'i , ayahku berkata "Maha Suci Engkau ya Allah Engkau berbuat sekehendakMu, sesungguhnya Al Auza'i adalah seorang yang yatim lagi fakir yang hidup dalam asuhan ibunya , ia berpindah dari satu negeri  negeri yang lain [10]..."     
            Begitu juga yang dikisahkan oleh Al fasawy dari Al Abbas bin Al Walid bin Al Mazyad dari syaikhnya , mereka berkata :
" Al Auza'i berkata: 'Ayahku meninggal ketika aku masih kecil..'"
            Al Auza'i termasuk ulama' yang memiliki kegigihan serta semangat belajar yang tinggi sejak kecil. Dikisahkan dalam kitab Hayatut Tabi'in ,"Pada suatu hari aku bermain-main dengan anak-anak sebayaku, maka lewatlah seseorang (dikenal sebagai seorang syaikh yang mulia dari Arab), lalu anak-anak lari ketika melihatnya, sedangkan aku tetap di tempat. Lantas Syaikh tersebut bertanya kepadaku, “Kamu anak siapa?”; maka saya menjawabnya. Kemudian dia berkata lagi, “Wahai anak saudaraku, semoga Allah merahmati ayahmu.” Lalu dia mengajakku kerumahnya, dan tinggal bersamanya sehingga aku baligh. Dia mengikutsertakan aku dalam dewan (kantor/mahkamah pengadilan) untuk bermusyawarah dan juga ketika pergi bersama rombongan ke Yamamah. Tatkala aku sampai di Yamamah, aku masuk ke dalam masjid jami’. Tatkala aku keluar masjid ada seorang temanku berkata kepadaku, “Saya melihat Yahya bin Abi Katsir (salah seorang ulama Yamamah) kagum kepadamu; dan dia mengatakan, ‘Tidaklah saya melihat di antara para utusan itu ada yang lebih mendapatkan petunjuk daripada pemuda itu!’” Al-Auza’i berkata, “Kemudian aku bermajelis dengannya dan menulis ilmu darinya hingga 14 atau 13 buku, kemudian semuanya terbakar.”[11]
           

            B. Sifat dan Karakteristiknya.
                        Berdasarkan kitab-kitab biografi yang tersebar salah satunya adalah Min A'lamis Salaf karya Ahmad farid, dikisahkan bahwa Al Auza'i berperawakan tinggi, sedikit dagingnya dan suka mewarnai kukunya dengan inai . Beliau juga seorang yang khusyu' ibadahnya , besar rasa takutnya pada Allah dan tidak menundukkan diri pada penguasa bahkan penguasa-penguasa tersebut yang segan terhadapnya .
            Karena  kewibawaanya, sekalipun tak pernah beliau tertawa hingga terbahak-bahak , karena ketaqwaannya  setiap kata yang mengalir dari lisannya senantiasa menghantam dalam kelubuk jiwa siapapun yang mendengarnya[12], beliau sangat menjunjung sunnah dan tidak gentar dalam menyerukan kebenaran.
           
                        C. Faktor Pendorong Keilmuannya .
            Sebagaimana yang telah penulis jelaskan sebelumnya, Al Auza'I adalah salah satu ulama' yang telah yatim semenjak kecilnya , sehingga ia tidak berguru kepada ayahnya seperti halnya ulama'-ulama' yang lain . Namun perlu diketahui bahwa Al Auza'i tumbuh melewati dua masa yakni daulah bani Umayyah serta daulah bani Abbasiyah . Pada masa  Umawiyah sendiri Islam mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam bidang pendidikan,[13] maka tidak menutup kemungkinan hal tersebut memiliki andil yang besar terhadap kualitas serta kuantitas ilmu yang  Al Auza'i miliki.
           
            Selain itu beliau juga hidup semasa dengan ulama' sekelas Abu Hanifah , dan menimba ilmu dari ulama' ahli hadits seperti Ibnu Syihab Az zuhry[14] juga belajar fiqih kepada Makhul bin Abi muslim Al Hudzaly yang senantiasa mengucapkan:
لا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم هذا رأي و الرأي يخطئ و وصيب ketika berfatwa.[15]
            Dapat kita baca dalam kitab-kitab sejarah, kisah Al Auza'i beserta perjalanan beliau dalam melanglang buana menuntut ilmu telah sampai ke daerah Yamamah hingga berguru kepada Yahya bin Abi Katsir[16]. Selebihnya beliau juga ke Bashroh kurang lebih selama 40 hari [17]dan meninba ilmu kepada Muhammad bin Sirin[18].

                        D. Peran dan Kiprah Al Auza'i dalam Perkembangan                         Fikih.
                     Al Auza'i merupakan salah satu ulama' ahli fiqih yang akhir-akhir ini madzhabnya kurang di kenal oleh masyarakat dunia. Padahal dahulu madzhab tersebut pernah berjaya dan banyak dianut oleh masyarakat Syam dan Andalusia dibawa oleh sebagian penduduk Syam yang berimigrasi ke daerah tersebut.
            Hal tersebut di dasari oleh beberapa faktor diantaranya ialah karena terbakarnya tulisan beliau yang berjumlah sekitar 13-14 buah  buku. Oleh sebab itu maka tidak heran jika sangat jarang bahkan hampir-hampir  tidak pernah kita temui karya-karya beliau dalam bentuk tulisan.
                        Selain karena sebab di atas , pada abad yang sama khususnya pertengahan abad ketiga hijriyyah tersebar juga madzhab Syafi'iyyah di Syam sedangkan di Andalusia mulai tersebar madzhab Malikiyyah.  Dengan begitu maka sangat di mungkinkan  hal tersbut menghambat perkembangan serta penyebaran madzhab Al Auza'i.
            Meskipun demikian Al Auza'i memiliki kiprah yang sangat besar pada masanya . Ketika Al Hakam bin Hisyam berkuasa di Andalusia (sekarang Spanyol) Al Auza'i telah menjawab sekitar 80.000 [19](dalam riwayat lain disebutkan beliau mengeluarkan sebanyak 70.000 fatwa) persoalan fiqih berdasarkan hafalannya.
            Hal tersebut merupakan buah dari luasnya ilmu serta banyaknya hadits yang beliau hafal sampai-sampai Ibnu Ishaq mengungkapkan pendapat mengenai beliau "Apabila Al Auza'i , Ats Tsauri dan Malik telah sepakat terhadap suatu persoalan , maka itu adalah sunnah".[20]
 Al Auza'I memiliki sumbangsih yang besar terhadap perkembangan perekonomian Islam. Salah satu bukti kiprahnya adalah dengan menjadi penggagas orisinil dalam ilmu ekonomi syariah. Contohnya adalah gagasan beliau tentang kebolehan dan kesahihan sistem muzara’ah sebagai bagian dari bentuk murabahah dan membolehkan peminjaman modal, baik dalam bentuk tunai atau sejenis[21] yang sampai saat ini masih di kerjakan oleh kaum muslimin.
Bolehnya muzara'ah sesuai dengan berbagai riwayat hadis, antara lain; Dari Nafi’ dari Abdullah Ibn  Umar ra, bahwa ia pernah mengabarkan kepada Nafi’ ra pernah memperkejakan penduduk Khaibar dengan syarat bagi dua hasil kurmanya atau tanaman lainnya.
                        Perlu diketahui, ciri khas dari madzhab Al Auza'i ialah tidak di gunakannya qiyas sebagai ushul madzhab. Sebab beliau adalah seorang penghafal hadits yang tidak suka berfatwa menggunakan qiyas[22], melainkan mengutamakan hadits meskipun hadits tersebut belum jelas keshohihannya seperti halnya imam Malik bin Anas.

                   

                   E.Wafatnya.
            Sebagaimana yang telah dijelaskan melalui beberapa riwayat , Al Auza'i Wafat pada hari Ahad bulan Robi'ul Awwal 157 H pada usia ±69 tahun dan dimakamkan di kota Beirut. Kisah yang beredar tentang beliau menceritakan bahwa ketika itu beliau  memasuki kamar mandi , sedang pemilik kamar mandi tengah sibuk sehingga ia mengunci kamar mandi tersebut kemudian ia pergi, tak di sangka ternyata Al Auza'i terpeleset sehingga terjatuh. Selang beberapa waktu pemilik kamar mandi membuka pintu kamar mandi. Alangkah kagetnya ia setelah mendapati Al Auza'i meninggal dunia dalam posisi tidur menghadap kiblat sedang tangan kanan beliau terletak dibawah pipi kanan sebagaimana posisi rosulullah ketika tidur. [23]
            Begitulah sekelumit kisah tentang wafatnya Al Auza'i yang sampai kepada kita melalui lisan serta tulisan para ulama' yang menyebarkannya. Memberikan kita pelajaran bahwa kapanpun dan dimanapun kita berada maut pasti mengintai tanpa pernah memandang siapa yang targetnya. Nas'alullahal 'Afiyah.. Wa Nas'aluhu Husnal Khotimah..
            F. Kisah Menarik Tentang Keberanian Al Auza'i Menentang                                 Penguasa Dzolim.
            Dari Ya'qub bin Syaibah , bercerita kepada kami Abu Abdil Malik bin Al Farisy yaitu Abdurrohman bin Abdul Aziz , Al Firyabi bercerita kepada kami bahwa Al Auza'I bercerita:" Setelah Abdullah bin Ali -Paman As Saffah-  selesai membunuh keluarga besar bani Umayyah , ia memanggilku untuk menghadap, pada hari itu saja ia membunuh lebih dari 70 orang , yang sebagiannya dibunuh menggunakan martil .Maka akupun menemuinya .
Abdullah bin Ali bertanya:"Apa pendapatmu mengenai darah (nyawa) Bani Umayyah (yang kami bunuh)?"
maka  aku mengelak untuk memberi jawaban.
            Namun Abdullah bin Ali mendesak " Aku tahu ke arah mana kau hendak   mengelak. Jawablah sekarang!"
            Dalam hatinya Al Auza'i berbisik 'Aku tak pernah melihat orang yang        lincah berbicara seperti dirinya'. Lalu Al Auza'i berkata kepada Abdullah     bin Ali, " Mereka memiliki perjanjian dengan Anda."
            Abdullah bin Ali menukas , "Kalau begitu , anggap saja antara kami dan    mereka tak ada perjanjian. Lalu apa pendapatmu mengenai darah           mereka?."
            Dengan tegas aku menjawab, "Haram! Berdasarkan sabda Nabi
   ..........           لا يحل دم امرئ مسلم يشهد أن لا إله ألا الله وأني رسول الله إلا بإحدى ثلاث[24] 
            Abdullah bin Ali berkata ,"Celakalah engkau ! Kenapa haram? Bukankah              Kekhilafahan itu wasiat dari Rosulullah (untuk Bani Hasyim)?Sampai Ali      bin Abi Tholib mempertahankannya dalamm perang Siffin?."
             Aku menjawab dengan tegas, " Andaikata khilafah itu wasiat , sudah         tentu    Ali bin Abi Tholib tidak Ridho dengan peristiwa tahkim ."
            Mendengar jawaban itu , Abdullah bin Ali menundukkan kepalanya           menahan marah. Akupun menundukkan kepala. Keadaan itu berlangsung        cukup lama Akhirnya aku berkata pada Abdullah bin Ali, "Saya ingin     kencing."
            Abdullah bin Ali berkata ,"pergilah."
            Sambil melangkah pergi aku berbisi dalam hati 'Tidaklah saya        melangkahkan kakiku satu langkah pun , melainkan kepalaku akan di      penggal saat itu juga.'[25]
           
                        G. Guru-guru beliau, di antaranya:
1.      Atho' bin Robah
2.      Abu Ja'far Al Baqir
3.      'Amr bin syu'aib
4.      Makhul
5.      Qotadah
6.      Bilal bin Sa'ad
7.       Az Zuhri
8.      Yahya bin Abi Katsir
9.      Hassan bin Athiyah
10.  Yunus bin Maisaroh
                       
                        H. Murid-murid beliau , di antaranya:
1.      Ibnu Syihab Az Zuhri
2.      Abu Ishaq Al Fazary
3.      Baqiyyah bin Al Walid
4.      Ismail bin 'Ayyasy
5.      Yahya Al Qoththon
6.      Muhammad bin Yusuf Al Firyaby
7.      Abul Mughiroh Al Himshy
8.      Abu 'Ashim An Nabil
9.      Muhammad bin Katsir Al Mishshishy
10.  'Amr bin Abdul Wahid[26]

                        I. Pendapat Ulama' Tentangnya .
            1. Adz Dzahabi:
                        "Dia lah yang pertama kali membukukan ilmu di Syam"
            2. Ismail bin Abbas:
                        "Aku mendengar manusia pada tahun 140 H berkata ' Ulama'
                          hari ini adalah Al Auza'i' ."[27]
            3. Al Walid bin Mazid:" Aku idak melihat seorang pun yang lebih cepat kembali kepada                            Al Haq melebihi dirinya."[28]

            III. Penutup.
                        Alhamdulillah , dengan izin Allah tunai sudah kewajiban penulis    untuk menulis makalah dengan judul "AL AUZA'I, DAN      PENGARUHNYA TERHADAP PERKEMBANGAN FIQIH" guna             memenuhi tugas mata kuliah Al Madkhol Lid Dirosatil Fiqhiyyah .             semoga tulisan ini Allah nilai sebagai amal jariyah bagi penulis.
                        Sepenuhnya penulis menyadari jika dalam karya tulis ini masih       banyak didapati kekurangan baik dari sisi tulisan maupun substansi. Oleh             karenanya  besar harapan penulis agar para pembaca menghendaki adanya ishlah demi mewujudkan adanya karya  penulis yang lebih baik.
            Wallahu A'lamu Bish Showab.









Daftar Pustaka

Asqolani , Al-, Ibnu Hajar,1326, Tahdzibut Tahdzib,India, Dairotul                                     Ma'arif An Nidlomiyyah,cet pertama, jilid 6
Bek , Muhammad Al Khudhory, 2013,Tarikhut Tasyri' Al Islamy, Beirut ,                          Darul kutub Al Ilmiyyah.
Bukhori, Al-, Muhammad bin Ismail bin Ibrohim,2015,Shohih Bukhori,     Beirut , Darul Kutub Al Ilmiyyah.
Dhorifi, Adh-,Nashir bin Aqil bin Jasir, 1997, Tarikhul Fiqhil         Islami,Maktabah At Taubah, cetakan Kedua.
Dzahabi, Adz-, Syamsuddin,2010,  Siyaru A'lamin Nubala',Lebanon,Darul                         Kutub Al Ilmiyyah
Farid , Ahmad, 2008, 60 Bigrafi Para Ulama', Jakarta , Pustaka Kautsar.
Farid ,Ahmad, Min A'lamis Salaf, (pdf Maktabah Syamilah).
Hamadani, Al-, Yasir bin Ahmad bin Mahmud, Hayatut Tabi'in (Maktabah                        Syamilah)
Hirdzili ,Al-,Abul Abbas Syamsuddin Abbas, Wafiyatul A'lam Wa Abna'u                          Abna'i Zaman, Beirut ,Darus Shodir.
Qusyairy,Al-, Muslim bin Hajjaj bin, 2015, Shohih Muslim , Beirut, Darul                          Kutub Al Ilmiyyah.
https://abulfurqhan.blogspot.co.id/2017/06/imam-al-auzai-88-157-h.html, diakses pada Kamis     3 Mei 2018. Pukul 10.05.
 https://id.wikipedia.org/wiki/Mazhab_Zhahiri, diakses ,sabtu 28 April       2018  pukul 21.05.
https://id.wikipedia.org/wiki/Zaidiyah diakses ,sabtu 28 April 2018  pukul                          21.05.
Muslim bin Al Qusyairy, Shohih Muslim, ( Beirut , Darul Kutub Al Ilmiyah), 2015 M, cet kedelapan, hlm 662, hadits ke 1676 dan  Muhammad bin Ismail bin Ibrohim,Shohih Bukhori ,( Beirut , Darul Kutub Al Ilmiyyah), 2015, cet kesembilan , hlm 1247, hadits ke 6878.
               



                [1] https://id.wikipedia.org/wiki/Mazhab_Zhahiri, diakses ,sabtu 28 April 2018  pukul 21.05.
                [2] https://id.wikipedia.org/wiki/Zaidiyah diakses ,sabtu 28 April 2018  pukul 21.05.
                [3] Abul Fadhl Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Hajar Al Asqolani, Tahdzibut Tahdzib, (India, Dairotul Ma'arif An Nidlomiyyah), 1326 H, cet pertama, jilid 6, hal 239 .
                [4] Abul Abbas Syamsuddin Ahmad bin Muhammad bin Ibrohim bin Abi Bakar Al Birmiki Al Hirdzili, Wafiyatul A'yan Wa Abna'u Abna'i Zaman,) Beirut ,Darus Shodir), juz 3,hlm 127 .
                [5] Yasir bin Ahmad bin Mahmud bin Ahmad bin Abdil Hamd Al kuwayyis  Al Hamadany, Hayatut Tabi'in ,juz 1, hlm 1512.
                [6] Ahmad Farid, min A'lamis Salaf ( Al Auza'i), hlm 1.(pdf. Maktabah syamilah)
                [7]  Ahmad Farid, 60 biografi para Ulama'( tarjamah kitab Min A'lamis Salaf ), (Jakarta, Pustaka Al Kautsar ),2008 M, Cet ketiga, hlm. 184
                [8] Syamsuddin Adz Dzahabi, Siyaru A'lamin Nubala',(Lebanon, Darul Kutub Al Ilmiyyah), 2010 M , cet kedua , Hlm. 63.
                [9]Nashir bin Aqil bin Jasir Adz Dzorifi, tarihul Fiqhil Islami, Maktabah At taubah,1997 M , Cet kedua, hlm 111.
                [10] Yasir bin Ahmad bin Mahmud bin Ahmad bin Abdil Hamd Al kuwayyis  Al Hamadany, Hayatut Tabi'in ,juz 1, hlm 1525.
                [11] Ibid. hlm
                [12] Ahmad Farid, min A'lamis Salaf ( Al Auza'i), hlm 2.(pdf. Maktabah syamilah)
                [13] http://ratnatus.blogspot.co.id/2012/08/perkembangan-pendidikan-pada-masa.html, diakses pada hari Rabu, 2 Mei 2018, pukul 02.25 WIB.
                [14] Yasir bin Ahmad bin Mahmud bin Ahmad bin Abdil Hamd Al kuwayyis  Al Hamadany, Hayatut Tabi'in ,juz 1, hlm 1512.

                [15] Nashir bin Aqil bin Jasir Adz Dlorifi, Tarikhul Fiqhil Islami, Maktabah At taubah ,1997 M, Cet kedua, hlm 73.

                [16]Yasir bin Ahmad bin Mahmud bin Ahmad bin Abdil Hamd Al kuwayyis  Al Hamadany, Hayatut Tabi'in ,juz 1, hlm 1516.
                [17]  https://abulfurqhan.blogspot.co.id/2017/06/imam-al-auzai-88-157-h.html, diakses pada Kamis     3 Mei 2018. Pukul 10.05.
                [18] Abul Fadhl Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Hajar Al Asqolani, Tahdzibut Tahdzib, (India, Dairotul Ma'arif An Nidhomiyyah), 1326 H, cet pertama, jilid 6, hal 240.
                [19] Ibid hlm 242.
                [20] Nashir bin Aqil bin Jasir Adz Dzorifi, tarikhul Fiqhil Islami, Maktabah At taubah, 1997 M,cet kedua , hlm 111.
                [21] http://rohman-utm.blogspot.co.id/2011/10/pemikiran-ekonomi-islam-abdurrahman-al.html, di akses pada ,Ahad 6 Mei 2018, pukul 07. 02.
                [22] Muhammad Al Khudlori Bek, Tarikhut Tasyri' Al Islamy,( Beirut, Darul Kutub Al 'Ilmiyyah), 2013 M, hlm 179.

                [23] Abul Abbas Syamsuddin Ahmad bin Muhammad bin Ibrohim bin Abi Bakar Al Birmiki Al Hirdzili, Wafiyatul A'yan Wa Abna'u Abna'i Zaman,( India,Darus Shodir), juz 3,hlm 127 .
                [24] Muslim bin Al Qusyairy, Shohih Muslim, ( Beirut , Darul Kutub Al Ilmiyah), 2015 M, cet kedelapan, hlm 662, hadits ke 1676 dan  Muhammad bin Ismail bin Ibrohim,Shohih Bukhori ,( Beirut , Darul Kutub Al Ilmiyyah), 2015, cet kesembilan , hlm 1247, hadits ke 6878.
                [25] Syamsuddin Adz Dzahabi, Siyaru A'lamin Nubala',  (Lebanon,Darul Kutub Al Ilmiyyah),cet kedua ,2010 M, Hlm 71.

[26] Yasir bin Ahmad bin Mahmud bin Ahmad bin Abdil Hamd Al kuwayyis  Al Hamadany, Hayatut Tabi'in ,juz 1, hlm 1514.
[27] Ibid hlm 1519.
[28] Abul Fadhl Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Hajar Al Asqolani, Tahdzibut Tahdzib, (India , Dairotul Ma'arif An Nidhomiyyah), 1326 H, cet pertama, jilid 6, hal 241.

oleh : Aisyah Amalia Mujahidah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar