NEW

mengenal aimmah 4 madzhab dan usul madzhabnya

تعريف باللأئمة اللأربعة و أصول مذاهبهم      v             اللإمام أبو حنيفة ·          هو النعمان بن ثابت بن زوطى – من أصل الفار...

Sabtu, 26 Mei 2018

Biografi Imam Daud Adz-dzohiry



v  Kelahiran Dan Nasab

Nama lengkap beliau Daud bin Ali bin Khalaf al- Ashbahani dikenal dengan sebutan Daud adz-dzohiry. Beliau lahir di Kufah pada tahun 200 H/815 M dan wafat di Baghdad  pada tahun 270 H/ 883M. Ia seorang ahli fiqh, mujtahid, ahli hadits, hafidz dan pendiri madzhab al-dzohiry. Beliau merantau ke Naisabur dan besar di Baghdad.
 Tokoh yang dijuluki Abu Sulaiman ini dibesarkan dan berdomisili di Baghdad sampai meninggal dunia. Pada mulanya ia merupakan penganut fanatik madzhab syafi’i, dan termasuk orang yang begitu mencintai sang Imam sehingga menulis dua buku mengenai keutamaan dan sanjungan kepada Imam Syafi’i.  Meskipun ayahnya seorang penganut madzhab Hanafi. Beliau belajar tidak langsung kepada Imam Syafi’i, akan tetapi dari murid dan sahabat Imam Syafi’i, karena ia baru berusia 4 tahun ketika Imam Syafi’i wafat.
Di samping mempelajari fiqh Syafi’i, beliau juga mempelajari hadits dari para muhadits semasanya. Beliau menerima hadits dari orang-orang yang bermukim di Baghdad, kemudian berkunjung ke Naisabur, Iran, dan meriwayatkan hadits dari para muhadits negeri tersebut. Beliau menyusun hadits-hadits yang diriwayatkan di dalam bukunya sehingga-ketika berorientasi ke fiqh Zhahiri- fiqh-nya merupakan hadits yang di riwayatkannya  oleh beliau.

Namun tidak lama menganut madzhab ini beliau keluar dan berkata “ sesungguhnya sumber-sumber hukum Islam adalah nash-nash saja”. Ia menolak dan tidak mengikuti qiyas. Ketika ditanya, bagaimana Anda membatalkan qiyas padahal Imam syafi’i menganutnya ? beliau menjawab, ‘ saya mengikuti argumentasi Syafi’i dalam membatalkan Istihsan, maka saya juga menemukan adanya pembatalan pada qiyas’.
v  Syaikh Imam Dzohiri
1.      Ishaq bin Rahawaih, seorang ulama Khurasan, Iran yang mencapai derajat hafiz dalam bidang hadits, serta penyusun kitab hadits “al-musnad”.
2.      Abu Tsaurin
v  Tabaqat Madzhab Zhahiri
Berkembangnya suatu madzhab tidak karena satu orang, melainkan diteruskan dan dikembangkan oleh pengikutnya. Tabaqat pertama Madzhab Zhahiri diantaranya :
-          Abu bakar Muhammad bin Daud. Anak Imam Daud, seorang fakih sastrawan dan penyair handal. Memiliki keilmuwan tinggi dan memimpin mazhab sepeninggal ayahnya.
-          Abu Bakar bin Ishaq al-Qasaniy
-          Abu Sa’id al-Hasan bin Ubaid an-Nahrabaniy
-          Muhammad bin Ubaidullah bin Khalaf
-          Abu Abdullah bin Ibrahim bin Muhammad bin Irfah al-azdiy an-Nahwiy
-          Abu Ali Husain bin Abdullah as-Samarqondy

v  Karya Imam Daud Adz-dhohiri
1.      Kitab al-Hujjah (buku tentang argumentasi)
2.      Kitab al-Khabar al-mujib li al-‘Ilm (buku mengenai informasi keilmuan)
3.      Kitab al-Khusus wa al-Umum (buku tentang penjelasan mengenai lafal umum dan khusus)
4.      Kitab al-Mufassar wa al-Mujmal (buku mengenai lafal yang jelas dan tidak jelas pengertiannya)
5.      Kitab Ibthal al-Qiyas (buku yang membahas masalah penolakan terhadap qiyas)
6.      Kitab Ibthal al-Taqlid (buku yang berisi penjelasan mengenai larangan bertaqlid)
7.      Kitab Khabar al-Wahid (buku tentang hadits ahad)
v  Perkembangan Fiqh
Madzhab Dzohiri berkembang pesat di wilayah Irak dan sekitarnya pada kurun abad ke 3 dan ke 4 H. Madzhab Dzohiri adalah madzhab ke empat di negeri Timur setelah Hanafiy, Syafi’i, dan Malikiy kemudian disusul Hambaliy. Namun pada abad ke 5 H di bawah al-Qodhi Ibn Abi Ya’la madzhab Hambali berkembang mengalahkan Madzhab Dzohiri.
Para Fuqoha sepakat mengatakan bahwa Daud al-dzohiri merupakan orang pertama yang berpendapat bahwa syari’at merupakan nash yang zhahir. Oleh sebab itu aliran ini di sebut dengan madzhab zhahiri, sebuah sebutan yang selalu di sandarkan kepada namanya. Madzhab ini pernah berkembang di Andalusia dan mencapai puncak keemasannya di abad ke 5 H, namun di abad ke 8 madzhab ini punah.
Daud al-zhohiri mendasarkan madzhabnya atas pengamalan zhahir nash al-qur’an dan sunnah. Beliau berpendapat bahwa keumuman nash al-qur’an dan sunnah dapat menjawab segala persoalan. Jika tidak ada nash yang menjelaskan,beliau menerapkan ijma’ termasuk ijma sahabat. Sedangkan bila tidak juga dalam ijma biasanya menggunakan metode istishab. Beliau menolak qiyas,istihsan,sad al- zari’ah,ra’yu dan ta’lil nushus al-ahkam bi al-ijtihad. Menurutnya semua itu bukan dalil hukum beliau juga menolak dalil taqlid

oleh : Aliza Khoirala Nur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar