NEW

mengenal aimmah 4 madzhab dan usul madzhabnya

تعريف باللأئمة اللأربعة و أصول مذاهبهم      v             اللإمام أبو حنيفة ·          هو النعمان بن ثابت بن زوطى – من أصل الفار...

Sabtu, 13 Oktober 2018

REVOLUSI KARAKTER


Oleh : Andini Prima Roswati*

        Dengan berjalannya waktu, bergantinya generasi, berlalunya peradaban, bumi ini selalu mengalami perubahan warna. Generasi zaman Jokowi tentu berbeda dengan generasi zaman Habibi. Itu pasti. Fakta yang terjadi saat ini adalah adanya konflik horizontal yang tidak terlepas dari rendahnya moralitas generasi. Hantaman budaya asing yang menganut paham sebebas-bebasnya telah merubah karakter generasi muda yang selayaknya religius menjadi bangsa yang permisif dan mudah terprofokasi, terlena dengan kesenangan dan lupa akan tanggung jawab sebagai seorang pemuda.



Pembunuhan dan pelecehan seksual terjadi dimana-mana, minuman keras dikonsumsi oleh anak berusia dibawah umur, seorang anak berani membentak dan berkata kasar terhadap ibunya. Hasil survei yang dilakukan salah satu lembaga KOMNAS PA dan BNN tahun 2017, tercatat 63% remaja Indonesia tingkat SMP dan SMA sudah melakukan hubungan seks di luar nikah dan 22% pengguna narkotika di Indonesia berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Tidak dapat dipungkiri bahwasanya kurangnya nilai spiritual pada jiwa anak bangsa dan pengaruh budaya luar adalah hal yang paling mengakibatkan rusaknya moral generasi muda.

Mengapa budaya luar atau lebih tepatnya budaya barat yang disalahkan dan disangkutkan dengan agama? Karena fakta menunjukkan bahwa keduanya sangat berkaitan. Negeri barat lah yang sekarang menjadi negeri adidaya, dan penguasa negeri tersebut memiliki visi dan misi untuk menjauhkan para generasi dari agama mereka sendiri. Terutama agama Islam. Hal ini sudah disebutkan dalam kitab pedoman kaum muslimin, yakni al-Qur’an al-Karim tepatnya pada surat al-Baqarah ayat 120 yang berbunyi, “Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela  kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka…”

Terbukti oleh data, bahwa Yahudi memiliki beberapa program untuk merusak dunia. Diantara program mereka yaitu, pertama : menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal, kedua : libarim, menuntut kesetaraan gender dan bolehnya nikah antar agama yang akhirnya melahirkan generasi pluralism, ketiga : program protokol, yaitu penghancuran ekonomi suatu bangsa agar kemudian bangsa tersebut tergantung kepada Yahudi, serta meruntuhkan suatu negara yang membenci Yahudi dan mengangkat penguasa baru (peguasa boneka) yang dapat dipermainkan oleh aktifis Yahudi. Dan masih banyak lagi program Yahudi yang tidak mungkin disebutkan semuanya disini.

Semua yang tercatat di atas adalah fakta. Fenomena ini hendaknya menjadi renungan bagi kita semua, bagi muslim yang tua maupun yang muda, yang sederhana maupun yang kaya. Generasi Indonesia mayoritasnya adalah pemuda muslim yang tidak sadar akan makar musuh yang mengintai mereka, tidak sadar bahwa saat ini sedang terjadi perang ideologi.

Sebaik baik Pendidikan Karakter

       
Mari bagi para generasi untuk kembali pada ikatan yang hakiki. Dahulu kita memiliki sejarah kejayaan. Kejayaan tentu dihasilkan dari karakter yang cemerlang. Bukan hanya teori, Islam mendidik untuk implementasi. Dan ini sudah banyak dicontohkan oleh para pendahulu kita dan akhirnya, kesuksesan dunia akhirat yang mereka pegang.

Kunci pertama pendidikan karakter para sahabat adalah al-Qur’an.  Mempelajarinya tentu tanpa akulturasi pemikiran sendiri-sendiri. Bahkan ketika ajaran baru itu bertentangan dengan ajaran Jahiliyah mereka, serta merta mereka akan mengganti syari’at Jahiliyah dengan syari’at Islam. Sebagai generasi muslim, mari kita memperbanyak interaksi kita terhadap al-Qur’an, memahami dan mengimplikasi.
Kunci kedua adalah metodologi belajar. Spirit yang muncul ketika belajar al-Qur’an adalah implikasi bukan investarisasi. Ketahuilah manfaat dan aplikasi ilmu yang dipelajari. Dalam sejarah tercatat bahwa para sahabat tidak akan mempelajari ayat baru sebelum kandungan ayat yang sudah mereka pelajari telah teraplikasi.
Kunci ketiga adalah motivasi belajar. Motivasi utama untuk mempelajari dan mengamalkan al-Qur’an adalah karena Allah semata. Niat inilah yang meluruskan sikap para sahabat dalam belajar sehingga mengenyahkan kata “tidak bisa” setiap kali mempelajari hal-hal baru. Sehingga tidak ada kata berat dalam implementasi. Contohnya adalah perkara khamr, khamr adalah minuman kegemaran mereka saat jahiliyah, namun ketika datang perintah meninggalkannya maka mereka maninggalkannya dengan suka cita. Begitu juga dengan jihad. Mereka tidak ragu untuk menyerahkan separuh bahkan seluruh harta mereka untuk jihad, bahkan jiwa sekalipun. Ini buka sihir, semua terjadi karena kesadaran mereka akan hakikat kehidupan.

Ini adalah bukti implementasi pendidikan karakter yang sangat baik. Islam dan al-Qur’an adalah rujukan terbaik bagi pengembangan pendidikan karakter di zaman apapun. Al-Qur’an memuat kisah-kisah ummat terdahulu yang bisa kita petik pelajaran darinya, memuat perintah dan larangan yang maslahatnya akan kembali kepada diri masing-masing yang mempraktekkannya atau bahkan sekelilignya. Juga memuat kabar gembira Surga dan Neraka yang memotivasi mereka untuk meninggalkan larangan dan mengerjakan perintah.

Al-Qur’an mengatur hubungan manusia dengan Penciptanya, manusia dengan manusia, bahkan manusia dengan lingkungannya. Sangat berintegritas bukan?

Usia kita bukanlah rentetan angka, lebih dari itu, ia merupakan rentetan prestasi dan amal. Maka orientasi hidup kita sebagai generasi muslim adalah kontribusi terbaik kepada ummat, menciptakan amal-amal jariyah yang menghasilkan karya-karya produktif dan prestatif. Inilah yang dirindukan kehadirannya, generasi Islam yang membawa perubahan.

*Mahasantri program studi fikih dan ushul fikih Ma’had ‘Aly Hidayaturrahman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar