Al-Laits bin Sa’ad adalah seorang Ulama ahli fiqih, perawi hadits
dan cendikiawan Muslim yang hidup pada masa kekuasaan Bani Umayyah. Nama beliau
adalah Al-Laits bin Sa’ad bin Abdirrohman Al-Fahmi.
Beliau mendapat julukan Al-Harits atau Abu Al-Harits Al-Fahmi. Imam Al-Laits
adalah seorang guru besar di Mesir.
Abu Nu’aim berkata,” Diantara ulama-ulama
salaf itu, ada seorang ulama yang dermawan, ilmunya banyak, dan hartanya juga
melimpah, dia adalah Abu Al-Harits bin Sa’ad. Al-Laits banyak mengetahui
hukum-hukum Islam dan sangat dermawan.”
Al-Laits termasuk pemimpin Tabi’ Tabi’in, dan
ulama-ulama yang hidup sezaman dengannya adalah Malik, Sufyan dan Al-Auza’i. Dengan
adanya para ulama tersebut Allah menjaga agama Islam dan menghidupkan
panji-panji sunnah serta menghancurkan orang-orang yang berbuat bid’ah.
Semoga Allah memberikan rahmatNya yang luas
kepada mereka semua.
·
Nama, Kelahiran dan
Nasab imam Al-Laits
Beliau adalah Al-Laits bin Sa’ad bin Abdirrohman Al-Fahmayyu Abu Al-Harits
Al-Mishri, budak dari Abdurrohman bin Kholid bin Musafir.
Sebagian orang mengatakan bahwa Al-Laits
adalah budak dari Bani Tsabit bin Zha’in, kakek dari Abdurrohman bin Musafir.
Keluarga Al-Laits berkata,”Kami berasal dari Persia, yaitu dari keluarga Asbahan.”
Al-Laits
dilahirkan di Qarqasyandah, yaitu sebuah desa yang terletak sekitar empat Farsakh[2]
dari ibukota Mesir, Kairo. Beliau lahir pada tahun 94 H. Namun, ada perbedaan
mengenai tahun kelahirannya.
Menurut Yahya
bin Bukair, beliau mengatakan bahwa Al-Laits lahir pada tahun 93 H. Akan tetapi
Sa’id bin Abi Maryam mengatkan bahwa pendapat pertama yang paling shohih.
Yahya berkata, Aku pernah mendengar Al-Laits
berkata,”Aku dilahirkan pada bulan Sya’ban, tahun ke-4.” Al-Laits berkata
lagi,”Aku menunaikan haji pada tahun 113 H.”
Perkataan Al-Laits ini didengar oleh banyak
orang diantaranya; Atho’ bin Abi Robah, Ibnu Abi Mulaikah, Nafi’ bin Umaroy,
Sa’id bin Sa’id Al-Maqbury dan masih banyak lagi.[3]
·
Sifat
dan Kepribadiannya
Al-Laits bin
Sa’ad adalah seorang ulama yang berkepribadian mulia. Seorang yang faqih dan
fashih dalam berbahasa arab. Bacaan Al-Qur’annya bagus dan memiliki hafalan
yang kuat. Beliau banyak menghafal hadits serta syair-syair[4] selain itu ia juga seorang yang setia ,
kaya lagi dermawan .
Beliu adalah
orang yang mudah bersosialisasi, menghabiskan banyak waktunya bersama manusia
dengan menggelar halaqoh ilmu . Teman-teman beliau antara lain Iman Malik bin
Anas, Sufyan Ats tsauri, Sufyan bin ‘Uyainah, serta Al Auza’i.[5]
Dari As’ad
bin Musa, dia berkata,”Pada waktu Abdullah bin Ali mencari Bani Umayyah untuk
dibunuhnya, aku memasuki negara Mesir.
Aku melihat banyak orang menghafal hadits, dan aku pun ikut kedalam
majelis ta’lim Al-Laits bin Sa’ad.
Setelah
Al-Laits selesai dari majelis ta’limnya maka aku keluar. Namun, aku melihat ada
seorang pembantu Al-Laits mengikutiku sampai ke lorong-lorong kecil.
Setelah
berjalan beberapa lama, pembantu itu berkata,”Duduklah sampai aku kembali,” dan
aku pun lalu duduk. Ketika pembantu itu kembali, dan aku hanya seorang diri
ditempat itu, dia memberikan kepadaku bungkusan yang didalamnya terdapat 100
dinar.
Pembantu itu
berkata,”Tuanku berpesan agar kamu menggunakan uang ini untuk keperluanmu.”
Sedang di kantongku sendiri ada 1000 dinar, aku mengeluarkan kantong itu dan
berkata kepadanya,”Aku tidak membutuhkan uang itu, bolehkah aku menemui
tuanmu?” dan dia mengizinkanku.
Aku masuk
memperkenalkan diri kepada tuannyadan meminta maaf atas uang yang aku
kembalikan kepadanya.” Dia menjawab,”Ini adalah pemberian bukan shodaqoh.”
Aku berkata
lagi,”Aku khawatir ketika aku kembali aku menjadi orang kaya.” Dia berkata,”Kalau
begitu berikanlah uang itu kepada orang-orang yang sibuk dengan hadits yang
membutuhkan yang kamu temui.” Dan Al-Laits senantiasa menyodorkan uang itu
samapai aku mengambilnya, kemudian aku bagi-bagikan kepada segolongan kaum.”[6]
·
Rihlah Tholabul ‘Ilmi
Setiap orang
yang berilmu tidak akan menetap pada suatu tempat. Seperti halnya kebanyakan
ulama, Imam Al-Laits melakukan beberapa perjalanan dalam rangka menuntut ilmu.
Sejak kecil
Al-Laits telah menimba ilmu, tepatnya pada masa khalifah Hisyam bin Abdil Malik.
Setelah menimba ilmu dari ulama di negrinya (Mereka dan Al-Laitspun mengadakan perjalanan (rihlah).
Al-Laits bin Sa’ad mengadakan perjalanan menuju Mekah untuk melaksanakan Ibadah
haji dan bertemu dengan Atha’ bin Robah, lalu menimba ilmu darinya. Selain itu
Al-Laits juga bertemu dengan Ibnu Syihab, kemudian belajar darinya. Ketika itu
beliau berumur 13 tahun.
Ketika umurnya telah mencapai 61 tahun
Al-Laits mengadakan perjalanan menuju Iraq.[7] Abu
Sholih berkata,”Aku keluar dari Mesir bersama Al-Laits menuju Iraq pada tahun
161 H, kami berangkat pada bulan Sya’ban, dan kami tiba Baghdad pada hari raya
‘Idul Adha.”[8]
·
Sanjungan para Ulama’ Terhadapnya
Diriwayatkan dari Harmalah bin
Yahya, bahwasanya Imam Syafi’i berkata,”Al-Laits bin Sa’ad adalah orang yang
paling mengikuti atsar daripada Imam Malik bin Anas.”[9]
Dari Sulaim bin Mansur,”Aku mendengar ayahku
berkata, Sesungguhnya Al-Laits bin Sa’ad setiap tahunnya menetapkan bagi
dirinya untuk bersedekah setiap tahunnya 50.000 dinar. Apabila telah tiba waktu
satu tahun dan dia belum mengeluarkan hartanya, maka dia berhutang.”[10]
Dari Ahmad bin Abdirrohman bin Wahab, dari
Imam Syafi’i berkata,”Al-Laits lebih faqih dari Imam Malik, akan tetapi
murid-muridnya menyia-nyiakan beliau.”[11]
Muhammad bib Sa’ad berkata,”Al-Laits adalah
orang yang tsiqoh, menghafal banyak hadits. Beliau sibuk dengan fatwa pada
zamannya di Mesir. Beliau seorang yang pemurah, mulia lagi dermawan.”
Utsman bin Shalih mengatakan,”Penduduk
Mesir mencela sahabat Nabi, Utsman bin Affan. Sehingga muncullah Al-Laits bin
Sa’ad menuturkan hadits kepada mereka tentang keutamaan Utsman, sehingga mereka
berhenti dari hal itu.”[12]
·
Karya Imam Al-Laits
Sudah menjadi tradisi para Ulama terdahulu bahwa menyampaikan ilmu
yang mereka miliki, tidak hanya disampaikan tidak hanya melalui halaqoh-halaqoh
ilmu ataupun mimbar-mimbar. Para ulama juga menyebarkan ilmu melalui coretan
pena dan karya tulis, sehingga melalui karya-karya itulahnama mereka harum
sepanjang sejarah. Begitu juga Imam Al-Laits bin Sa’ad sebagai seorang ulama
yang memiliki berbagai disiplin ilmu disamping menebar ilmu melalui masjid dan
halaqoh beliau juga menuliskannya menjadi sebuah karya, diantara kitab yang
beliau tulis adalah At-Tarikh dan Al-Masail fil Fiqh.[13]
·
Guru-guru
imam Al-Laits
1.
Atha’ bin Abi Robah
2.
Ibnu Abi Mulaikah
3.
Nafi’ Maulaa Ibnu Umar
4.
Said bin Abi Sa’id Al-Miqbury
5.
Ibnu Syihab Az-Zuhri
6.
Abdurrohman bi Qosim
7.
Harits bin Ya’qub
8.
Hisyam bin ‘Urwah
9.
Shofwan bin Sulaim
·
Murid-muridnya
1.
Syu’aib
2.
Muhammad bin ‘Ajlan
3.
Hisyam bin Sa’ad
4.
Ibnu Luhaiah
5.
Hasyim bin Basyir
6.
Qais bin Ar-Robi’
7.
‘Athof bin Kholid
8.
Ibnu Al-Mubaarok
9.
Ibnu Wahab
·
Wafat
Al-Laits bin Sa’ad wafat pada tahun
175 H. malam jum’at pada pertengahan bulan Sya’ban.[16]
Khalid bin Abdussalam Ash-Shadafi
berkata,”Aku telah menyaksikan jenazah al-Laits bersama ayahku. Aku tidak
pernah melihat ada jenzah yang lebih mulia dari jenazah Al-Laits, aku melihat
semua orang bersedih, mereka saling menghibur satu sama lain, mereka menangis,
hingga aku berkata,”Wahai ayahku, setiap orang merasa memiliki jenazah itu.”
Ayahku berkata,”Wahai anakku, kamu tidak akan melihat jenazah seperti itu.”[17]
Beliau wafat 4 tahun sebelum wafatnya Imam Malik, lalu dimakamkan dipemakaman
Shadaf.
DAFTAR PUSTAKA
Dzahabi, Adz-, Syamsuddin, 2010, Siyar
A’lamun Nubala’, Lebanon, Daar Al-Kutub
Al-Ilmiyah.
Asqolani, Al-, Ahmad Ibnu Hajar, 1326 H, Tahdzib
At-Tahdzib, India, Daairoh Al-Ma’arifah
An-Nidzomiyah.
Hamadani, Al-, Yasir bin Ahmad bin Mahmud, Hayaatu At-Tabi’in, (Maktabah Syamilah)
Farid, Ahmad, 2008,60 Biografi
Ulama Salaf, Pustaka Al-Kautsar,cet ketiga.
Farid Ahmad, Min A’lamis Salaf,( Maktabah
Syamilah).
Ashfahani, Al-, Abu Nu’aim,2014, Hilyatul
Auliya’, Beirut: Daar Al-Kotob Al-Ilmiyah,jilid: 7
diakses pada hari Rabu , 9 Mei 2018.
http://moslempurnama.blogspot.co.id/2016/10/al-laits-bin-saad-pemuka-ahli-ilmu-mesir.html, diakses pada hari Rabu, 9 Mei 2018.
[1]
Yasir bin Ahmad
bin Mahmud al-Hamadani, Hayaatu At-Taabi’in, (Maktabah Syamilah), hlm:
1666
[7] Abu Al-Fadl Ahmad bin Muhammad bin Ahmad ‘Aly bin Ahmad Ibnu
Hajar Al-Asqolani, Tahdzib At-Tadzhib, (India: Daairoh Al-Ma’rifah
An-Nidzomiyah), hlm: 462
[8] Imam Syamsuddin Adz-Dzahabi, Siyar A’lam An-Nubala’, (Lebanon: Daar
Al-Kotob Al-Ilmiyah), jilid: 6, hlm: 347
[9] Abu Nu’aim Al-Ashfahani, Hilyatul Auliya’, (Beirut: Daar Al-Kotob
Al-Ilmiyah), jilid: 7, hlm: 373
[10] Abu Nu’aim Al-Ashfahani, Hilyatul Auliya’, (Beirut:
Daar Al-Kotob Al-Ilmiyah), jilid: 7, hlm: 376
[15] Abu Al-Fadl Ahmad bin ‘Ali bin Muhammad bin Ahmad Ibnu Hajar Al-Asqolani, Tahdzib
At-Tahdzib, (India: Daairoh Al-Ma’arifah An-Nidzomiyah), hlm: 460
[17] Syaikh Ahmad
Farid, 60 Biografi Ulama Salaf, (Pustaka Al-Kautsar), hlm: 248
oleh ; Alifah Nuril Izzati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar