NEW

mengenal aimmah 4 madzhab dan usul madzhabnya

تعريف باللأئمة اللأربعة و أصول مذاهبهم      v             اللإمام أبو حنيفة ·          هو النعمان بن ثابت بن زوطى – من أصل الفار...

Sabtu, 16 Maret 2019

MERAKIT ASA PERSATUAN



MERAKIT ASA PERSATUAN
Bersatu adalah “banyak” yang menjadi “satu”. Agama islam tidaklah mengelak adanya perbedaan. Bukankah memang Allah yang menjadikan perbedaan itu ada? Bahkan Allah tidak mensyari’atkan untuk memaksa orang lain memeluk islam. Itu pilihan. Hey, berbeda tidak sama dengan berpecah. Beda pendapat itu biasa, dan berpecah itu masalah. Bukankah manusia memang diciptakan dengan kepala yang berbeda-beda dan tingkat pemahaman yang berbeda-beda pula sesuai kondisi lingkungan dan permasalahan yang dihadapinya?
Namun tidak semua perbedaan bisa di“iya”kan oleh agama. Syari’at mempunyai tatacara ibadah yang sehat  sejak zaman dahulu yang Allah tetapkan sesuai kehendak-Nya. Dari zaman nabi Adam sampai kita saat ini bahkan kelak sampai akhir zaman.  Yang menjadi maklum dari perbedaan adalah jika perbedaan pendapat itu tidak loncat dari jalur syari’at, masih dalam koridor yang sehat, seperti perbedaan dalam permasalahan fikih ibadah.
Sebagai hamba Allah yang beriman, tidak ada yang menjadikan beda derajat satu hamba dengan yang lain kecuali nilai ketaqwaan. Lalu “Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah maka Allah akan memberikan jalan keluar (untuk permasalahannya)”. Untuk merakit asa persatuan ummat, tentu kita butuh memperbaiki nilai taqwa. Dari mana kita memulai? Dari diri kita sendiri. Tanamkan dalam sanubari bahwa persatuan bisa diraih dengan saling menghargai dan saling menghormati. Bukankah itu yang dilakukan para sahabat, tabi’in dan ulama’ kita? Kepada merekah kita beriqtida’.
Persatuan adalah langkah awal dari sebuah kejayaan. Dengan meningkatkan persatuan, kita mampu melejitkan visi besar agama kita, yaitu li I’ilaai kalimatillah (untuk menegakkan kalimat Allah). Ya, itu adalah visi kita. Persatuan ummat islamlah yang ditakuti oleh manusia yang ingin meredupkan cahaya agama Allah, padahal Dialah pemilik semesta ini dan pencipta mereka yang ingin meredamkan cahaya-Nya.
Kemenangan agama islam pasti terjadi, karena itu telah termaktub dalam sabdanya. Namun yang dipertanyakan adalah peran kita dalam kemenangan itu. Dimanakah kita? Termasuk pejuangnya ataukah pecundang? Tentu menjadi pejuang adalah pilihan. Dalam suatu pilihan ada konsekuensi yang berlaku. Jika kita ingin menjadi pejuang maka yang kita perjuangkan saat ini adalah persatuan. Persatuan bukanlah hal yang mudah. Kita butuh menundukkan ego kita, sedang masih samar dimata kita apa itu ego dan apa itu prinsip. Maka dari itu, kita masih butuh belajar lebih dan lebih.
Ingatlah kawan, umur perjuangan itu lebih panjang dari umur kita. Maka mulailah perjuangan itu dari sekarang sebaik mungkin dan didik generasi esok untuk meneruskan visi yang sama. Bismillah. Wallahu a’lam bish shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar