NEW

mengenal aimmah 4 madzhab dan usul madzhabnya

تعريف باللأئمة اللأربعة و أصول مذاهبهم      v             اللإمام أبو حنيفة ·          هو النعمان بن ثابت بن زوطى – من أصل الفار...

Minggu, 07 Oktober 2018

Ungkapan Cinta Mahasiswa Untuk Penguasa


Oleh : Aminatul Munawaroh*

 Mahasiswa merupakan salah satu penggerak kemajuan sebuah negara, serta menjadi tolak ukur  kesuksesan pendidikan dalam negara tersebut. Barisan ini diisi oleh para pemuda yang sedang menempuh jenjang pendidikan di sebuah perguruan tinggi.

Menurut Guardian of Value salah satu peran mahasiswa adalah menjaga nilai-nilai masyarakat yang kebenarannya mutlak, yaitu menjunjung tinggi kejujuran, keadilan, gotong royong, integritas, empati, dan sifat yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat lainnya. Seiring bergantinya zaman, peran tersebut nampaknya sudah mulai pudar di kalangan mahasiswa. Mereka tidak lagi peduli dengan kondisi serta suara hati rakyat, namun mereka disibukkan dengan tugas-tugas individu yang mereka terima dari para dosen.


2218 BANGKITNYA PERAN MAHASISWA

Bulan Februari merupakan titik awal kebangkitan mahasiswa setelah lama absen dari perannya sebagai penjaga nilai-nilai kemasyarakatan. Hal ini ditandai dengan pemberian kartu kuning oleh Zaadit Taqwa (ketua BEM UI) kepada presiden Jokowi.
     
     Pemberian kartu ini terjadi setelah presiden Jokowi memberikan sambutan pada acara Dies Natalies ke-68 hari Jum’at 2 Februari 2018 di UI Depok. Menurut Zaadit aksi pemberian kartu kuning  merupakan bentuk peringatan atas hasil kerja presiden  selama 4 tahun yang masih menyisakan tugas-tugas yang belum terlaksana seperti: gizi buruk yang dialami penduduk Asmat di Papua, yang mana  pada tahun 2017 daerah ini memiliki dana otonomi khusus dengan anggaran pembangunan sebesar Rp 8,2 triliun untuk Provinsi Papua dan Rp 3,47 triliun untuk Provisi Papua Barat.

Masalah kedua yang menjadi sorotan ketua BEM UI adalah usulan pemerintah tentang pengangkatan Kapolri Irjen Mochamad Iriawan sebagai plt gubernur Jawa Barat dan Kadiv Propam Polri Irjen Martuani Sornim sebagai plt gubernur Sumatra Utara. Langkah ini dinilai akan memunculkan dwifungsi Polri/TNI, yang  dikhawatirkan dapat mencederai netralitas Polri/TNI.

Sedangkan masalah ketiga yang disoroti, adalah adanya draf peraturan baru organisasi mahasiswa (ormawa). Salah satu point dari draf peraturan baru tersebut adalah larangan bagi organisasi kemahasiswaan untuk berafiliasi dengan organisasi ekstra kampus. Selain itu, peraturan baru ini hanya mengakui organisasi lintas perguruan tinggi yang berdasarkan bidang keilmuan. Akibatnya, organisasi non-keilmuan seperti aliansi BEM seluruh Indonesia harus dibubarkan. Dengan demikian peraturan baru ini dinilai mengancam kebebasan berorganisasi dan gerakan kritis mahasiswa.

MANAKAH YANG LEBIH SOPAN?

Banyak warganet yang memperdebatkan sikap ketua BEM UI ini. Diantara mereka ada yang kecewa dan sangat menyayangkan sikap ini, mereka berargumen bahwa sikap Zaadit memberikan kartu kuning  merupakan sikap yang tidak sopan. Ada pula kubu yang berargumen bahwa masalah ini bukanlah masalah yang besar dan tidak perlu diperdebatkan.

Sementara kubu  ketiga berargumen bahwa sikap Zaadit merupakan sikap yang sangat bijak bahkan mereka membandingkan dengan aksi protes seorang wartawan Irak yang melempar sepatu ke arah Presiden AS George W. Bush atau membandingkannya dengan aksi demonstrasi membawa kerbau yang ditulis ‘SBY’.

Perdebatan ini juga sampai ke politisi, salah satunya adalah politisi PDI-P, Eva Kusuma Sundari yang mengingatkan soal tata krama. Sementara politisi lain seperti Fahri Hamza, mengatakan “bravo” untuk Zaadit. Namun, Jika kita lihat bagaimana cara yang Zaadit gunakan dalam mengemukakan pendapatnya, maka akan terlihat lebih sopan dan beradab dari pada wartawa Iraq yang melemparkan sepatu kearah Presiden Bush dan demostrasi yang dilakukan pada era Presiden SBY.

HAKIKAT KARTU ZAADIT


Apabila perkara ini diperhatikan dengan seksama maka akan muncul sebuah pertanyaan yaitu apa hakikat kartu kuning yang diberikan Zaadit untuk Presiden? Jika dalam ajang sepak bola, kartu kuning merupakan bentuk peringatan wasit kepada seorang pemain agar lebih berhati-hati dalam bermain, sekaligus sebagai peringatan terakhir untuknya agar tidak melakukan kesalahan yang mengakibatkan dirinya dikeluarkan dari permainan tersebut.

 Lain halnya dengan kartu kuning yang Zaadit berikan untuk Presiden. Bagi kami para mahasiswa, kartu ini hakikatnya adalah ungkapan cinta serta kepedulian kami kepada Presiden.

Dengan rasa cinta serta kepedulian kami sebagai mahasiswa, menjadikan kami seperti alarm yang siap mengingatkan Presiden ketika ia lalai atau belum optimal dalam menjalankan tugas-tugas kepemimpinan. Dan tiga masalah yang diungkapkan oleh kawan kami Zaadit, merupakan sebagian kecil dari masalah-masalah yang terjadi di negeri ini.


 Harapan kami sebagai mahasiswa dan bagian dari rakyat Indonesia, agar pemerintah bisa menimbang masalah mana yang lebih diprioritaskan untuk segera diselesaikan, serta menjadi pendengar atas aspirasi yang kami suarakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar