NEW

mengenal aimmah 4 madzhab dan usul madzhabnya

تعريف باللأئمة اللأربعة و أصول مذاهبهم      v             اللإمام أبو حنيفة ·          هو النعمان بن ثابت بن زوطى – من أصل الفار...

Jumat, 05 Oktober 2018

TOLERANSI


Oleh : Aleezha*
Berbicara mengenai toleransi akhir-akhir ini memang sangatlah menarik. Terlebih banyak dari kita yang mudah tersulut oleh sedikit konflik berbau toleransi, saat manusia lain berbeda dengan kita –apapun itu perbedaannya- maka ia tidak termasuk dari golongan kita. Padahal jelas, perbedaan merupakan fitrah dan sunnatullah yang sudah menjadi ketetapan Allah, bahkan dengan adanya perbedaan itulah Allah memerintahkan hamba-Nya untuk saling toleransi juga memahami sebagaimana termaktub dalam firman-Nya Qs. Al-Hujurat: 13.


Islam sendiri memiliki konsep toleransi yang begitu sempurna, hanya saja ia memiliki batasan-batasan yang berbeda dengan toleransi yang biasa didengungkan kaum Sekuleris juga Liberalis. Batasan toleransi dalam Islam adalah tidak memasuki urusan wilayah keagamaan dari masing-masing pemeluk agama atau tidak mencampur adukkan ibadah. Umat Islam tidak boleh ikut berpartisipasi dalam perayaan non muslim serta tidak boleh berpakaian dengan simbol khas keagamaan mereka, menurut pandangan Islam mengucapkan ‘selamat natal’,selamat tahun baru’ terhadap perayaan agama lain, memperingati, menghadirinya sama halnya dengan ikut mensyiarkan agama non muslim dan tolong menolong dalam perbuatan dosa.
Aplikasi sikap toleransi dalam Islam adalah memahami bukan mengakui, membiarkan bukan membenarkan. Maka tidak perlu bagi umat muslim menggunakan atribut natal saat perayaannya, cukup baginya menghormati tanpa harus ikut meramaikan atau mengamalkan ajaran mereka. UUD 45 pasal 29 ayat 2 menjelaskan “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing beribadat menurut agamanya dan kepercayaanya”. Namun, dewasa ini banyak orang salah mengartikan makna toleransi dengan menyudutkan bahwa Islam adalah agama yg fanatik dan intoleran.
Bijak dalam Toleransi
Islam merupakan agama ‘rahmatan lil alamin’ yang menghargai keyakinan antar agama, maka makna dari toleransi dalam kacamata Islam bukan ikut dari segala aspek perayaan non muslim, namun Islam membiarkan seseorang dengan keyakinan masing-masing. Hal ini sudah terangkum dengan sangat indah dalam Q.S Al-Kafirun: 6 yang artinya ‘ Bagimu agamamu dan bagiku agamaku’,maka disini sudah sangat jelas bahwa toleransi itu menghargai bukan melarutkan diri. Toleransi dalam masalah sosial sangat dianjurkan, namun tidak dalam masalah keyakinan. Tidak ada tawar-menawar bagi umat muslim untuk urusan keyakinan.
Mengenai tudingan bahwa Islam adalah agama intoleran, mari kita ingat kembali pada acara aksi 212 dua tahun silam, yang mana umat Islam menuntut agar Gubernur Jakarta -yang notabenenya Kristen- untuk segera dipenjarakan lantaran kasus penistaan agama, bersamaan dengan acara aksi tersebut sepasang pengantin Kristen akan menyelenggarakan pernikahannya di gereja Katedral yang mana pada saat itu jalanan depan gereja membludak lantaran banyaknya jama’ah aksi, lalu bagaimana umat Islam menanggapinya? Padatnya peserta aksi mengharuskan pengantin juga tamu undangannya berjalan kaki menuju gereja Katedral, tanpa mendapat komando umat Islam memberi jalan dan mengawalnya hingga mereka dapat masuk gereja dengan lancar. Mengapa umat Islam berbeda dalam menyikapi dua masalah di atas?  Padahal Gubernur dan sepasang pengantin sama-sama beragama Kristen. Disitulah letak toleransi dalam Islam yang menghargai masalah sosial namun tidak dalam keyakinan , andaikan Islam intoleran bisa jadi pernikahan sepasang pengantin tersebut batal lantaran tuntutan jama’ah aksi.
Maka dengan adanya contoh aplikasi di atas sudah sangat jelas bahwa sikap saling bertoleransi tidak perlu diwujudkan dengan semangat ikut dalam perayaaan keagamaan, namun cukup dengan memunculkan sikap menghargai dan eksistensi terhadap agama lain, bukan berarti ketika seorang muslim yang tidak ikut dalam acara tersebut dikatakan intoleran. Akan tetapi Islam mempunyai cara tersendiri dalam memaknai kata toleransi. Tidak semua bisa dikatakan toleransi ketika sudah memasuki ranah keyakinan. Oleh karenanya kita sebagai umat muslim tidak perlu merasa ‘tidak enak’  ketika tidak memberi ucapan kepada saudara non muslim, karena Al-Qur’an telah menegaskan bahwa prinsip toleransi dalam Islam adalah ‘bagimu agamamu dan bagiku agamaku’.
*Mahasantri Hidayatturahman Program Fiqh dan Ushul Fiqh Pilang Masaran Sragen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar