Oleh : Ayyesha Jaisyur Rohman*
Add caption |
"Dan (ingatlah) ketika Tuhan-mu berfirman kepada para
malaikat, 'Aku hendak mejadikan kholifah di bumi….' ".Qs, Al Baqoroh:30.
Akan tetapi
dengan predikat semacam ini bukan berarti manusia selalu menjadi makhluk
terbaik.
Manusia akan mulia jika
mampu mengendalikan nafsu dengan ilmu dan imannya, namun jika sebaliknya ia
akan berperilaku kebinatangan yang tidak berakal, yang dengan akal tersebut
seseorang berpikir membedakan antara yang buruk dan yang baik. Kiranya jika
ditinjau dari segi nafsu seksual, manusia bersifat semacam inilah yang mulai
nampak di sekitar kita.Cobalah tengok para pengusung LGBT.
Gay dan Lesbi sendiri
merupakan salah dua dari empat [virus] yang tergabung dalam istilah LGBT
(Lesbi, Gay, Biseksual dan Transgender) yang digadang sebagai life style sebagaimana orang barat
menyebutnya. Banyak kalangan yang menentang anggapan tersebut dan sedikit yang
mendukung. Lalu manakah anggapan yang tepat?
Sekilas perjalanan Lesbi dan Gay (Homoseks)
Sebagaimana yang tertera di
dalam Al Qur'an, homoseksual telah ada sejak ribuan tahun lalu seperti yang dipraktikkan oleh kaum nabi Luth ‘alaihissalam. Singkat cerita mereka membangkang peringatan yang telah nabi Luth
sampaikan , hingga akhirnya Allah binasakan mereka dengan hujan batu.
Seiring bergantinya zaman,
homoseksual hadir dengan wajah baru yang kini dikenal dengan istilah LGBT.
Berdasarkan kabar yang beredar LGBT mulai muncul di Era Revolusi Perancis pada tahun 1971 M
, ketika sekularisme berkuasa sementara peran agama terutama gereja tidak lagi
relevan dengan keadaan sosial.
Akhir-akhir ini kaum LGBT
semakin berani menampakkan identitas mereka . Di Indonesia sendiri yang
mayoritas penduduknya adalah muslim ,secara terang-terangan mereka menuntut
persamaan atas dasar HAM. Mereka enggan dianggap sebagai penyandang kelainan
seks dengan dalih mereka adalah sekelompok orang yang Tuhan hadirkan untuk
menambah kebhinekaan Indonesia yang harus dihargai dan diakui eksistensinya.
Bagi seorang muslim,
perbuatan semacam LGBT adalah suatu hal yang diharamkan, adapun mengerjakannya
akan mengundang murka Allah. Bukanlah sebuah rahasia bahwa tidak satupun
kelompok yang melanggar aturan Allah, kecuali Allah pasti akan memberi teguran
sebagai bentuk kasih saying-Nya pada hamba-Nya.
Terlepas dari sistem hukum
Indonesia yang dinilai kurang tegas dalam menangani kasus LGBT, sebagai manusia
yang berakal seharusnya kita berpikir dengan bijak. Sebab, Allah
tidak mungkin melarang sesuatu melainkan itu untuk kebaikan manusia pribadi.
Karena Allahlah pencipta semua makhluk dan Ia juga yang
mengetahui kebutuhan setiap makhluk-Nya.
Lantas untuk apa
membangkang dengan mengatasnamakan HAM?
Berdasarkan UU NO. 39 Tahun 1999 , yang dimaksud HAM ialah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat setiap keberadaan
manusia yang merupakan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Hak merupakan anugerah-Nya
yang haruslah dihormati, dijunjung tinggi, serta dilindungi oleh Negara, hukum,
pemerintah , dan setiap orang untuk kehormatan serta perlindungan harkat
martabat manusia.
Dengan makna ini , maka
apakah mungkin seseorang melanggar peraturan yang telah Allah tetapkan dengan
mengatasnamakan HAM yang telah Allah berikan? Bagaimanakah orang yang mendukung
bahkan membantu orang tersebut untuk melawan aturan yang telah Allah tetapkan?
Jika sekiranya kita termasuk orang yang beradab, maka tidak selayaknya kita
melakukan hal tersebut.
Buruknya Perilaku LGBT
Disamping bahwa LGBT
melanggar aturan Allah, LGBT merupakan perilaku yang menyimpang dari fitroh
manusia yakni hidup dengan berpasang-pasangan. Inilah fakta yang terjadi sejak manusia pertama nabi Adam ‘alaihissallam
yang Allah ciptakan berpasangan dengan seorang wanita bernama Hawa sehingga
dari keduanya lahir keturunan yang kelak menjadi kakek buyut manusia,
sebagaimana yang termaktub dalam QS. An Nisa' ayat : 1.
Tidak hanya dari segi agama
, LGBT juga merusak keberlangsungan hidup manusia , sebab seorang pelaku
homoseks akan menghindari hubungan dengan lawan jenis dan lebih memilih menikah
dengan sesama jenisnya , padahal sudah barang tentu mereka tidak akan melahirkan
keturunan . Kendati demikian, di luar
Negeri telah banyak didapati wanita yang rela menyewakan rahimnya kepada
pasangan gay, namun sekiranya wanita mulia manakah yang rela bertindak semacam
itu?
Agaknya , hal di atas
hanyalah sebagian kecil sisi negatif dari LGBT, sedangkan diluar sana masih
banyak bahaya lain yang berkaitan dengan kesehatan maupun psikologi. Untuk itu
maka seyogyanya kita menjaga diri dari perilaku LBGT, serta diperlukan adanya
tindakan khusus bagi pelaku. Pemerintah juga diharapkan mampu mencegah
penyebaran perilaku tersebut untuk menghindari teguran serupa yang menimpa kaum
nabi Luth ‘alaihissalam karena sejarah pasti akan berulang.
*Mahasisiwi Ma'had Aly Hidayatur Rohman jurusan Fikih dan Ushul
Fikih, Pilang Masaran Sragen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar