Oleh: Aisyah
Rofa’*
Waktu
terus melaju tanpa jeda, umpama angin yang berhembus tanpa henti. Terus melaju
menggilas apapun yang ada dihadapannya, menggilas siapapun yang tak ingin
beranjak mengikuti perkembangannya. Tentu, zaman berganti dengan sekejap seakan
berlalu begitu cepat, membawa perubahan menuju zaman penuh teknologi tak
tertandingi, mengantarkan kepada dunia dengan segala kecanggihannya yang begitu
memanjakan yang pada sejatinya sedang merangkak kepada kehancuran.
Teknologi
telah mengubah semua aspek kehidupan termasuk dakwah, pada akhirnya kini
lahirlah ustadz sosmed. Tentu, bahkan para dai dapat amat populer di media
sosial. Kenal ustadz Kholid Basalamah? Diperkirakan beliau memperoleh pendapatan
antara $421 hingga $6,7 ribu perbulan dari media youtobe. Dan ustadz Felix Siaw
dengan lebih dari 2,5 juta followersnya di Twitter. Beliau menjadi
ustadz sosmed paling sukses hingga saat ini, yang kemungkinan akan terus
meningkat karena dakwahnya yang kebanyakan menyasar anak muda yang menjamur di
Twitter dan Instagram. Tidak hanya kedua ustadz ini saja yang kini menjadi trending,
masih banyak sekali para ustadz sosmed lainnya, seperti ustadz Abdul Somad,
ustadz Gus Nur alias Sudi Nur Raharja, ustadz Hanan Ataki dan ustadz-ustadz
lainnya yang menggunakan media sosial sebagai sarana dakwah mereka.
Artinya, dakwah bukan lagi dilakukan
sebatas pemberian khutbah di masjid atau mushola, sekolah-sekolah dan lembaga
formal lainnya. Dakwah yang selama ini diartikan begitu sempit oleh sebagian
orang bahwa dakwah adalah hal yang menggembar-gemborkannya harus secara formalitas,
seperti berpakaian gamis, kopyah menempel diatas kepala dengan jenggot
menghelai panjang, serta tasbih menggayut ditangan. Tapi, seiring dengan
meningkatnya kemajuan teknologi yang menawarkan berbagai kemudahan, kecepatan, ketepatan
akses dan kemampuan menyediakan berbagai kebutuhan informasi setiap orang,
kapan saja dimana saja dan pada tingkat apa saja, dakwah hadir ditengah semua
itu. Dan khususnya pada teknologi informasi yang memainkan peran sangat
bepengaruh pada masa ini. Sehingga dari titik inilah penyebaran dakwah Islamiyah
tersebar melalui sarana-sarana modern yang ada, sebutan yang sedang nge-trend
sekarang adalah digital life.
Indonesia is amazing digital conextion!
Sekarang,
kita hidup didalam dunia yang lebih banyak beraktivitas dalam dunia maya.
Rupanya ada perubahan besar dalam the art of dakwah ini, dan perubahan
itu dimulai sejak tahun 2007 dimana kebanyakan orang menggunakan handpnone dari
berbagai kalangan, mungkin hingga tukang becak saat itupun sudah menggunakannya.
Peningkatan yang tinggi sekali, jadi jika bisa dibandingkan datanya pada tahun
2016 BPS (Badan Pusat Statistik) mengeluarkan data bahwa tahun 2014 dan 2015 diprediksi
pengguna internet sebanyak 88 juta orang. Kemudian setelah diteliti pada tahun
2015 sendiri ternyata bukan 88 juta, tetapi 96 juta pengguna internet dan dari
data yang terbaru sekitar 100 sampai 115 juta pengguna internet di Indonesia. Yang
lebih menarik adalah setelah diteliti daripada data BPS tadi, ternyata pengguna
internet di Indonesia ini menduduki urutan
keenam terbanyak di dunia dan di antara ratusan juta pengguna internet adalah
remaja.
Tahun
90-an, penyebaran informasi paling banyak di media televisi. Maka dapat di
pastikan mereka menghabiskan waktu bersama televisi 5 atau 6 jam dalam sehari. Sebagaimana
pada saat itu menghafal jadwal-jadwal acara tv adalah suatu kebiasaan namun
kini masanya telah berbeda, yang tidak mungkin dilakukan oleh anak-anak zaman
sekarang, belum tentu mereka mau menghafal jadwal-jadwal acara tv seperti pada
tahun 90-an. Mengapa demikian? Karena zamannya telah berbeda, zaman sekarang
telah berpindah pada dunia media, mereka menghabiskan waktunya disana. Selama
55 menit di dunia internet dan 90% di media sosial.
Artinya,
kini zamannya berganti kepada jaringan internet yang mana hal itu hampir
menelan seluruh penjuru dunia, tentu hal tersebut merupakan lahan luas yang
disana bertebaran podium-podium yang meyuarakan kepentingan Islam, yakni dengan cara mengenalkan, mengajak kepada hakikat
hidup atau yang biasa kita dengar dengan dakwah, serta memecahkan berbagai
problematika sesuai Al-Qur’an dan Hadits. Sehingga dengan media-media informasi
tersebut menjadi inovasi baru dalam syiar Islam, dan tentunya akan lebih
memudahkan para da’i dalam melebarkan sayap-sayap dakwahnya.
Dakwah hadir
Melihat
sisi negatif dampak kecanggihan internet yang banyak menyebarkan keburukan yang
lebih besar dan begitu banyak, maka saya memandang wajibnya memanfaatkan
jaringan internet ini dan meyebarkan dakwah melalui media sosial yang kini
bagaikan pasar malam: Dikunjungi banyak sekali orang dari segala lapisan.
Sejatinya
watak Islam adalah dakwah, tentu pendakwah akan menggunakan sarana apapun
sebagai media dakwah, termasuk melalui jaringan internet yang dinilai sangat
efektif dan potensial. Karena dengannya mampu menembus batas ruang dan waktu
dalam sekejab dengan biaya yang relatif terjangkau, pengguna jasa internet
setiap tahunnya meningkat drastis, artinya berpengaruh pula pada jumlah
penyerap misi dakwah, dakwah via internet bersifat yang never turn-off (tidak
pernah mati) dan unlimited access (dapat diakses tanpa batas).
*Mahasantri Hidayatturahman
Program Fiqh dan Ushul Fiqh Pilang Masaran Sragen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar