Oleh : Alifah Nuril Izzati*
Lahirnya generasi zaman now atau
mereka yang lebih dikenal dengan istilah “kids zaman now” tidak terlepas
jauh dari pesatnya perkembangan teknologi. “Kids zaman now” atau yang disebut
juga dengan generasi Z adalah mereka yang lahir pada kisaran tahun 1995-2010 M.
Lebih lanjut penjelasan tentang sosiologi generasi ini,
berdasarkan pemikiran Karl Mannheim (1893-1947 M) yaitu dalam esainya yang berjudul “The
problem of generations” (1923). Dia mengatakan bahwa sebuah generasi
merupakan suatu kelompok yang terdiri dari individu, yang memiliki kesamaan
dalam rentang usia, kemudian berpengalaman mengikuti peristiwa sejarah dalam
rentang waktu tertentu. Anak
generasi Z menurut Bill Gates adalah mereka yang saat ini memliki rentang usia
7-22 tahun. Secara demografis, merekalah yang saat ini menduduki bangku sekolah
mulai dari SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Data demografis menunjukkan, pada tahun 2012 M dari seluruh jumlah penduduk di Indonesia
dikabarkan bahwa terdapat sejumlah 58 juta pelajar yang tersebar hingga seluruh
pelosok negeri.
Mereka adalah generasi yang memiliki pengaruh besar
terhadap nasib bangsa dimasa mendatang karena di tangan mereka sebuah peradaban
dapat maju, namun juga sebaliknya, dan yang menjadi tanda tanya terbesar adalah
akan kemanakah arah puluhan juta manusia “kids zaman now” itu? Dan bagaimana
pula cara kita sebagai sebuah bangsa negara dalam mendidik, menyiapkan serta
memberi peluang-peluang bagi “kids zaman now” untuk mampu
menyangga peradaban di masa mendatang?
Tantangan Pendidik (Gadget)
Sebagai pendidik
para orang tua akan menghadapi banyak tantangan, terlebih bagi mereka yang
gagap teknologi. Padahal dewasa ini generasi muda hidup dan berkecimpung
bersama canggihnya teknologi. Mereka aktif berkomunikasi melalui perangkat
telpon cerdas (smartphone) dan memiliki
ketergantungan terhadap internet, gadget, multitasking, menjunjung tinggi
privasi serta menyukai tantangan bahkan
sebagian dari mereka menjadi Digital Native.
Mereka “kids zaman now” cakap dalam
menggunakan media berbasis elektronik seperti laptop, komputer, telpon pintar,
iPad, iPhone, bahkan mampu memproduksi
dan merekayasa sendiri konten dengan beragam jenis varian perangkat media
sosial seperti; youtube, facebook, instagram, vlog, line, dan twitter.
Semua aktivitas pribadi (bahkan sosial) mereka saat ini berbasis elektronik dan
jaringan internet (online).
Hasilnya,
buku, koran dan telivisi adalah barang-barang old yang hanya dipakai dan
dinikmati oleh generasi old pula. Buku berganti menjadi e-book
atau format pdf, koran berubah menjadi e-paper dan televisi
digantikan oleh youtube dan menonton secara streaming.
Menilik Generasi
zaman now lebih jauh, maka akan terlihat sangat kontras perbedaan mereka dengan generasi zaman
old. Ketergantungan mereka terhadap teknologi seringkali melalaikan mereka
,hingga menghabiskan sebagian besar
waktunya hanya untuk duduk belama-lama menatap layar elektronik tanpa memperdulikan
lingkungan sekitarnya. Lalu apa solusinya?
Salah satunya ialah dengan menumbuhkan imunitas
generasi zaman now berdasarkan aqidah dan akhlak.
Guru atau pendidik tidak boleh bersikap apatis
atau acuh tak acuh menyaksikan begitu dahsyatnya gelombang persatuan “kids zaman now” yang mulai sulit
untuk dikendalikan. Orang tua, guru, masyarakat harus mampu mengubah pola pikir
yang mereka anut dengan pola pikir yang lebih menjunjung nilai-nilai positif.
Sebagaimana
yang telah dikatakan oleh sayyidina Ali bin Abi Thalib radliyallahu ‘anhu, “Wahai kaum Muslimin! Didiklah
anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka tidak hidup di zamanmu.” Zaman orang tua telah
berlalu teramat jauh dan tentunya timbul pula banyak perubahan yang berbeda
jauh dengan yang generasi zaman now hadapi saat ini.
Atas sebab ini maka akan sulit bagi setiap
orang tua maupun para pendidik yang berkewajiban dan bertanggung jawab untuk
mendidik mereka, sebab arus zaman yang berbeda membutuhkan sikap serta
penanganan yang berbeda pula, terlebih sifat dan karakter manusia tak sama
antara satu dengan yang lainnya.
Meskipun media telah mampu menguasai hati dan
pikiran anak generasi zaman now, seyogianya orang tua atau pendidik
mampu mengarahkan mereka tanpa harus mengekang mereka. Biarkan mereka
mengembangkan imajinasi serta kreatifitas yang mereka miliki, dan tugas orang
tua maupun pendidik adalah mengontrol, mengawasi dan mengayomi segala aktifitas
mereka.
Tanamkan dalam
diri mereka aqidah atau keyakinan serta akhlak yang baik dengan penuh kasih,
berikan apresiasi atas hasil yang mereka persembahkan, agar mereka semakin
terpacu untuk menjadi generasi yang lebih baik dan bermartabat.
Dengungkan nasehat bijak dan motivasi
ketika mereka terjatuh dan jangan sekali-kali menghardik mereka, karena
sejatinya mereka tengah belajar untuk menjadi manusia dewasa yang ditangannya
akan terwujud sebuah wajah peradaban yang diliputi prestasi-prestasi gemilang.
*Mahasisiwi Ma'had
Aly Hidayatur Rohman jurusan Fikih dan Ushul Fikih, Pilang Masaran Sragen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar